Page 249 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 249

Ringkasan

              Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah mengkaji sejumlah alternatif penentuan upah minimum
              provinsi (UMP) 2021. Turun, tetap atau naik? Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa
              Barat,  Rachmat  Taufik  Garsadi  mengatakan  tengah  mengkaji  beberapa  alternatif  penetapan
              UMP, sehubungan dengan acuan penentuan UMP yang belum ditetapkan. Misalnya, katanya,
              yang berkaitan dengan Komponen Hidup Layak (KHL) yang berperan dalam penentuan UMP.
              Kini, katanya, sudah terbit Peraturan Menaker Nomor 18 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
              Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan Hidup Layak yang
              merupakan peraturan baru.



              UMP 2021: JABAR KAJI SEJUMLAH ALTERNATIF UPAH

              Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah mengkaji sejumlah alternatif penentuan upah minimum
              provinsi (UMP) 2021. Turun, tetap atau naik? Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa
              Barat,  Rachmat  Taufik  Garsadi  mengatakan  tengah  mengkaji  beberapa  alternatif  penetapan
              UMP, sehubungan dengan acuan penentuan UMP yang belum ditetapkan. Misalnya, katanya,
              yang berkaitan dengan Komponen Hidup Layak (KHL) yang berperan dalam penentuan UMP.

              Kini, katanya, sudah terbit Peraturan Menaker Nomor 18 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
              Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan Hidup Layak yang
              merupakan peraturan baru.

              "Kemudian perhitungan KLH per provinsi, per kabupaten dan kota, itu dihitung dari data yang
              diserahkan oleh BPS, dan saat ini belum ada. Padahal di Permenaker Nomor 18 Tahun 2020 itu,
              satu  bulan  sebelum  jatuh  tempo  UMP,  harus  sudah  ditetapkan  KHL-nya  itu.  Nah  itu  yang
              pertama, kalau mengacu ke peraturan yang baru," katanya, Selasa (20/10/2020).

              Kemudian jika mengacu pada Peraturan Menaker Tahun 78 Tanhun 2015 tentang Pengupahan,
              UMP terbaru ditetapkan berdasarkan hasil penambahan antara UMP tahun sebelumnya ditambah
              angka inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau pertumbuhan ekonomi.

              "Kalau lihat sekarang di Jabar, inflasinya minus atau deflasi, kemudian pertumbuhan ekonominya
              juga  minus  lumayan  besar  ya.  Otomatis  kalau  perhitungan  menggunakan  permenaker  yang
              lama, maka UMP akan turun," katanya.

              Mengenai poin-poin KHL yang ditetapkan Kementerian Tenaga Kerja, katanya, ditetapkan oleh
              BPS. Namun belum ditetapkan, padahal harus dihitung menggunakan data rata-rata harga per
              jenis kebutuhan.

              "Dari BPS belum ada, kan masih dihitung. Padahal sebulan sebelum jatuh tempo, ini harus sudah
              ditetapkan.  Dan  kita  tahu  kondisi  harga  sekarang  kan  dampak  Covid-19,  tidak  jelas.  Tapi
              November UMP harus disahkan. Mudah-mudahan, seminggu ini selesai, musyawarah cari yang
              terbaik. Usaha tetap jalan, pekerja buruh tetap dapat gaji yang layak untuk bisa berjalan di
              tengah deraan Covid-19," katanya Dia menilai skema penurunan UMP tentu tidak diharapkan
              oleh serikat buruh. Karenanya, pihaknya akan terus melakukan konsolidasi terbaik supaya bisa
              ditempuh kesepakatan terbaik dari berbagai pihak terkait.
              "Nah  penurunan  ini  kan  pasti  tidak  mau  para  pekerja  dan  serikat.  Ini  yang  harus  kita
              konsolidasikan di Dewan Pengupahan yang terdiri dari unsur serikat pekerja dan pengusaha. Kita
              cari win-win solution yang terbaik. Kemudian di konsolidasi ini, saya akan minta dinarasumberi
              dari Kemenaker minimal eselon dua, setingkat direktur hadir, untuk bisa jelaskan kepada kita
              semua," katanya.


                                                           248
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254