Page 246 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 246

"Masa peninjauan KHL bukanlah kondisi yang diinginkan oleh semua pihak Namun, dalam kondisi
              saat ini, pemerintah masih terus mendengar seluruh pihak," ungkapnya.
              Direktur  Pengupahan  Kemnaker,  Dinar  Titus  Jogaswitani  menambahkan,  peninjauan  KHL
              dilakukan  lima  tahun  sekali  lantaran  setiap  lima  tahun  ini  terjadi  perubahan  pola  konsumsi
              masyarakat.

              "Misalnya apakah keperluan beras, gula, atau baju tetap sama atau turun 5 tahun lalu dengan
              sekarang," tuturnya.

              Menurutnya,  setelah  dikaji  dewan  pengupahan  dan  direkomendasikan  ke  Menaker,  telah
              ditindaklanjuti dengan keluarnya Permenaker Nomor 18 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
              Peraturan  Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor  21  Tahun  2016  tentang  KHL.  Dari  Permenaker
              tersebut, komponen KHL yang semula terdiri dari 60 jenis, kini berubah menjadi 64 jenis. KHL
              ini yang dijadikan sebagai salah satu formula penentuan upah di tahun 2021 mendatang.

              "Ada KHL yang bertambah, berubah dan ada yang diperbaiki. Di antaranya penambahan televisi,
              pulsa dan lainnya," katanya.

              Dinar menambahkan, Permenaker ini disosialisasikan ke anggota dewan pengupahan provinsi,
              kabupaten/kota.  Pada  dialog  tersebut,  hadir  Wakil  Ketua  Depenas,  Adi  Mahfudz  (unsur
              pengusaha),  Sunardi  (unsur  serikat  pekerja/serikat  buruh),  serta  68  peserta  dari  Dewan
              Pengupahan  Provinsi  Seluruh  Indonesia.  Kemudian,  15  peserta  dari  unsur  pemerintah,  18
              peserta unsur pengusaha, 31 peserta dari SP/ SB, serta 2 peserta dari akademisi.

              Serikat  pekerja/buruh  sendiri  meminta  agar  upah  minimum  tahun  depan  naik.  Presiden
              Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban mengatakan, pandemi
              bukan alasan untuk tidak menaikkan upah/gaji pekerja di tahun depan. Mengingat, kondisi tahun
              ini  sudah  cukup  sulit  bagi  pekerja  terlebih  dengan  hadirnya  RUU  Cipta  Kerja  klaster
              ketenagakerjaan.
              "Saya kira itu bukan alasan. Sebab kalau itu terjadi (upah tidak naik, red) buruh akan semakin
              tersudut dan terpuruk," ujarnya.

              Selain itu, kata dia, pemerintah juga harus berhitung. Bila upah tidak naik, maka konsumsi dan
              daya beli masyarakat akan semakin menurun. Apalagi saat ini, harga barang semakin tinggi. Hal
              ini tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi

              "Kalau upah minimum tidak naik, perekonomian bakal semakin tenggelam nanti. Sekarang saja
              sudah minus," ungkapnya.

              Kondisi  ini  tentu  bisa  semakin  parah.  Mengingat,  banyak  pekerja  yang  dirumahkan  dan
              mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Tentu ini menjadi masalah baru terkait konsumsi
              di grass roots.

              "Pemerintah dan pengusaha harus melihat ini sebagai cara untuk melindungi buruh," tegasnya.

              Kenaikan yang dituntut buruh tentu secara proporsional. Menurutnya, buruh juga memahami
              situasi saat ini. Namun, perlu digarisbawahi bila tidak semua perusahaan mengalami dampak
              buruk dari pandemi Covid-19 ini. Bidang manufaktur dinilai yang masih cukup stabil, tidak ada
              yang ditutup dan sangat sedikit pegawai yang dirumahkan.

              "Proporsional lah. Jangan tidak naik sama sekali," tuturnya. Terlebih, tahun depan KHL sudah
              naik dari 60 menjadi 64 komponen. "Kalau ini berubah berarti kan kenaikannya harus ada,"
              sambungnya.



                                                           245
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251