Page 243 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 243

Sebelumnya, ditegaskan Presiden bahwa bank tanah ini diperlukan untuk menjamin kepentingan
              umum,  kepentingan  sosial,  kepentingan  pembangunan  nasional,  pemerataan  ekonomi,  dan
              konsolidasi lahan, serta reforma agraria.

              "Ini sangat penting untuk menjamin akses masyarakat terhadap kepemilikan tanah, kepemilikan
              lahan, dan kita selama ini tidak memiliki bank tanah," kata Presiden di Istana Kepresidenan RI,
              Bogor, Jumat 9 Oktober 2020.

              Libatkan buruh Tidak hanya Kementerian ATR/BPN, Kementerian Ketenagakerjaan pun tengah
              mempersiapkan PP sebagai turunan dari UU Cipta Kerja klaster ketenagakerjaan.

              Bahkan, Menteri Ketenagakerjaan ( Menaker ) Ida Fauziyah akan melibatkan berbagai pemangku
              kepentingan sektor ketenagakerjaan, termasuk serikat pekerja/ buruh serta pengusaha.

              Namun, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan bahwa
              pihaknya tidak akan terlibat dalam pembahasan aturan turunan UU Cipta Kerja .

              "Buruh menolak omnibus law UU Cipta Kerja . Dengan demikian, tidak mungkin buruh menerima
              peraturan turunannya. Apalagi, terlibat membahasnya," kata Said Iqbal dalam pernyataan di
              Jakarta, Kamis 15 Oktober 2020.

              Sikap KSPI sudah sejalan dengan komitmen buruh yang sampai saat ini menolak UU Cipta Kerja
              , khususnya untuk klaster ketenagakerjaan.

              Tidak hanya itu, serikat pekerja dan buruh saat ini juga tengah mempersiapkan aksi lanjutan
              untuk menolak UU Cipta Kerja setelah melakukan aksi mogok nasional pada tanggal 6--8 Oktober
              2020.

              Menurut  Said,  ada  empat  langkah  yang  sudah  dan  akan  dilakukan  para  buruh  ,  yaitu
              mempersiapkan aksi lanjutan terukur, terarah, dan konstitusional, baik di daerah maupun aksi
              secara nasional, serta mempersiapkan judicial review ke Mahkamah Konstitusi untuk uji formal
              dan uji materiel.

              Selain  itu,  mereka  juga  akan  meminta  legislative  review  ke  RI  dan  executive  review  ke
              pemerintah. Langkah terakhir adalah melakukan sosialisasi atau kampanye tentang isi dan alasan
              penolakan UU Cipta Kerja , khususnya klaster ketenagakerjaan, oleh buruh .

              Kendati demikian, baik Pemerintah maupun pemangku kepentingan terkait dengan UU Cipta
              Kerja  ini,  harus  tetap berada  di  koridor  hukum  agar  tidak  menimbulkan  kegaduhan  di  kelak
              kemudian hari. Apalagi, sampai merugikan generasi mendatang.***.

























                                                           242
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248