Page 213 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 213
INI KATA EKONOM SOAL UNREALIZED LOSS INVESTASI BP JAMSOSTEK
Ekonom sekaligus pengamat keuangan dan investasi dari IPMI International Business
School Roy Sembel menyebut fenomena kini menjadi momok yang menakutkan karena
berpotensi menjadi ancaman kriminalisasi sehingga sangat menakutkan bagi dunia
investasi setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) RI melakukan penyidikan terhadap BPJS
Ketenagakerjaan (BPJamsostek).
Beberapa bulan terakhir, masyarakat dikagetkan dengan tuduhan kerugian tidak wajar,
yang berpotensi pidana pada portofolio saham BP Jamsostek.
"Kerugian ini, terkesan dipaksakan padahal hasil kajian menunjukkan bahwa proses
investasi portofolio BP Jamsostek sudah dan sesuai kaidah-kaidah investasi. Alokasi aset
telah memperhatikan aspek pengelolaan resiko yang relatif baik," kata dia dalam
keterangannya, Jumat (12/3).
Di dalam masing-masing kelas asset, lanjut Sembel, dilakukan strategi pemilihan
sekuritas () atau manajer investasi yang cocok dengan tujuan investasi. Bahkan, dalam
pemilihan manajer investasi relatif ketat. Syaratnya harus mempunyai dana kelolaan
minimal Rp 1,5 triliun.
Dia bilang data portofolio sahamnya diinvestasikan pada saham-saham LQ-45. Itu
artinya isi portfolio sahamnya dominan terdiri dari saham-saham berkapitalisasi pasar
besar dan relatif likuid. Tidak perlu diragukan lagi tentang saham-saham LQ-45.
Penurunan dan kenaikan harga saham sangat tergantung pada perkembangan pasar
modal di Indonesia.
"masih sejalan dengan perkembangan pasar saham Indonesia hal itu tercermin dari
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terdampak krisis pandemi dan
resesi ekonomi," tambah dia.
Sambung Sembel, -nya naik turun sesuai dengan naik turunnya IHSG. Pada saat IHSG
di level 5.979 (31 Desember 2020) mencapai Rp 22,308 triliun, tapi ketika IHSG di level
6.429 (20 Januari 2021) lalu, nya menurun menjadi Rp 14,417 triliun atau 2,91% dari
total portofolio Rp 495 triliun yang mayoritas disebabkan penurunan kinerja emiten
BUMN.
"Bukan tak mungkin, ketika IHSG di level 7.000, bukan, tapi bisa berbalik arah menjadi.
Hal ini bisa dilihat naik turunnya itu sangat tergantung dari pergerakan IHSG," katanya.
212