Page 153 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JUNI 2021
P. 153

STRATEGI MENAKER IDA HADAPI TRANSFORMASI KETENAGAKERJAAN DI ERA
              INDUSTRI 4.0
              JAKARTA  -  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  Ida  Fauziyah  menyatakan  kesiapannya
              menghadapi  Revolusi  Industri  4.0,  khususnya  dalam  mentransformasi  pada  sektor
              ketenagakerjaan. Menaker Ida membeberkan beberapa strategi untuk mendorong kesiapannya
              menghadapi  transformasi  ketenagakerjaan.  "Kementerian  Ketenagakerjaan  telah  menyiapkan
              strategi untuk bisa berperan dan proses link and match pasar kerja. Terlebih di Industri 4.0 yang
              mengedepankan  penggunaan  teknologi  dan  sistem  online,"  ujarnya  pada  webinar  'Kesiapan
              Ketenagakerjaan  Indonesia  Menghadapi  Revolusi  Industri  4.0'  yang  diselenggarakan  oleh
              KAGAMA, di Jakarta, Sabtu (11/6/2021).

              Menurut Ida, untuk menghadapi proses transformasi ketenagakerjaan di era revolusi industri ini,
              Kemnaker  terus  melakukan  kajian  labour  market  assessment  sebagai  dasar  penyusunan
              kebijakan pelatihan vokasi agar sesuai dengan munculnya peluang usaha dan jenis pekerjaan
              baru di era pandemi.

              World Economic Forum (WEF) dalam laporan terbarunya memperkirakan di dunia akan ada 97
              juta pekerjaan baru yang tumbuh bersamaan dengan 85 juta pekerjaan yang akan berkurang.
              Untuk Indonesia sendiri, sebagaimana dilaporkan McKinsey, diprediksi akan ada 23 juta jenis
              pekerjaan yang terdampak oleh otomatisasi, serta akan ada puluhan juta pekerjaan baru yang
              muncul dalam kurun waktu tersebut.
              "Dalam  Revolusi  Industri  4.0,  penggunaan  teknologi  yang  semakin  meningkat  dalam  segala
              aspek  kehidupan  membuat  pekerjaan  menjadi  sangat  fleksibel  baik  secara  waktu  ataupun
              tempat,  sehingga  pekerjaan  tidak  lagi  harus  dikerjakan  dari  kantor  dengan  jam  kerja  yang
              monoton.  Perubahan  ini  mempercepat transformasi  ketenagakerjaan  yang  terus  bergerak  ke
              arahrevolusi industri 4.0," katanya.

              Oleh karena itu, kata Menkaer, saat ini kompetensi dan fleksibilitas kerja menjadi poin utama.
              Tenaga kerja juga dituntut untuk menguasai perkembangan teknologi dengan soft skills yang
              memadai.  Selain  itu,  kreativitas,  inovasi  dan kewirausahaan  akan  menjadi  poin penting  bagi
              perkembangan dunia usaha ke depannya.

              Menurutnya, kebijakan ini juga dikolaborasikan dengan kebijakan pelatihan vokasi lainnya seperti
              kebijakan  Triple  Skilling,  yakni  skilling,  re-skilling,  dan  up-skilling  bagi  pekerja;  optimalisasi
              pemagangan berbasis jabatan; peningkatan soft skills; perubahan kurikulum dan metode yang
              berfokus  pada  human  digital  online,  penggunaan  metode  blended  training  serta  kolaborasi
              dengan semua stakeholders, terutama pelaku industri untuk menciptakan lulusan yang sesuai
              dengan kebutuhan pasar kerja.

              Kemnaker  juga  terus  melaksanakan  program  BLK  Komunitas  untuk  memperluas  jangkauan
              pelatihan  vokasi.  "Menjadikan  transformasi  BLK  sebagai  salah  satu  lompatan  besar  yang
              dilakukan untuk menjadikan BLK sebagai pusat pengembangan kompetensi dan produktivitas
              tenaga kerja yang berdaya saing global serta dapat memenuhi kualifikasi kemampuan terbaru
              yang dibutuhkan oleh dunia industri," tuturnya.

              Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemnaker Anwar Sanusi mengatakan, ada tiga tantangan
              transformasi  ketenagakerjaan  sebagai  dampak  Revolusi  Industri  4.0.  Pertama,  skills
              transformation  atau  transformasi  keterampilan.  Kedua,  job  transformation  atau  transformasi
              pekerjaan,  dan  society  transformation  atau  transformasi  sosial.  "Untuk  menghadapi  tiga
              tantangan tersebut, maka diperlukan inovasi dalam penyiapan kompetensi tenaga kerja; regulasi
              ketenagakerjaan yang fleksibel; jaminan sosial terhadap peningkatan kompetensi; dan jaminan
              sosial terhadap pendapatan masyarakat," ujarnya. CM (ars).

                                                           152
   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158