Page 121 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 OKTOBER 2020
P. 121

Dalam hal ini, ia coba menjawab keraguan dari sejumlah pihak soal ketidakpastian poin aturan
              tersebut.  Sebelumnya,  banyak  yang  menyangsikan  UU  Cipta  Kerja  dapat  membuat  pihak
              pemberi kerja patuh membayar uang pesangon sebesar 25 kali. Sebab, dengan nilai pesangon
              32 kali saja perusahaan banyak yang tak membayarkannya.

              Namun,  Luhut  menegaskan  perusahaan  nantinya  wajib  menaati  UU  Cipta  Kerja  terkait
              pembayaran pesangon. Jika tidak, ia mengancam akan membawanya ke ranah pidana.

              "Mungkin kalau Anda lihat, (perusahaan) yang mampu memberikan kompensasi 32 (kali upah)
              itu enggak sampai 10 persen, 8 persen. Yang lain lari aja mereka," jelas dia.

              "Sekarang kita bikin 19 kali plus 6 dari asuransi, tapi kami jamin kalau kamu (perusahaan) tidak
              bisa men-deliver, bisa dipidana nanti yang punya pekerjaan," tegas Luhut.

              Pemerintah disebutnya telah mematangkan seluruh aturan dalam UU Cipta Kerja dengan cermat
              dan  teliti  termasuk  aturan  pesangon  tersebut.  Menurut  dia,  pemerintah  berkomitmen  untuk
              melayani masyarakat sepenuh hati dengan aturan baru tersebut.

              "Jadi saya pikir, jangan kita terus buruk sangka bahwa ini seolah-olah merugikan buruh. Tidak
              sama sekali. Kita semua bekerja secara terukur dan dengan hati untuk Indonesia," pungkas
              Luhut.

              Sebelumnya, DPR RI telah meresmikan Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta
              Kerja  menjadi  Undang-Undang  (UU).  Salah  satu  poin  yang  banyak  disoroti  yakni  terkait
              pengurangan nilai pesangon dari 32 kali menjadi 25 kali.

              Wakil Ketua DPR RI Aziz Syamsuddin mengatakan, UU Ketenagakerjaan telah mengatur besaran
              pesangon sebanyak 32 kali gaji. Namun pada pelaksanaannya, ia menambahkan, hanya 7 persen
              perusahaan yang patuh memberikan pesangon sesuai ketentuan tersebut.
              Oleh karenanya, ia menilai, pekerja selama ini nyatanya tidak diberi kepastian mengenai besaran
              pesangon yang diterima. Selain itu, ia menyatakan, angka pesangon yang tinggi tersebut turut
              berdampak pada lemahnya minat investasi ke Indonesia.

              "Jumlah  besaran  pesangon  yang  sangat  tinggi  dibandingkan  dengan  negara-negara  lain
              menimbulkan keengganan investor untuk berinvestasi di Indonesia karena tingginya beban biaya
              perusahaan," jelasnya kepada Rabu (7/10/2020).

              Aziz memaparkan, dalam RUU Cipta Kerja, jumlah maksimal pesangon menjadi 25 kali, dengan
              pembagian  19  kali  ditanggung  oleh  pemberi  kerja/pelaku  usaha.  Sementara  6  kalinya  (cash
              benefit)  diberikan  melalui  program  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  (JKP)  yang  dikelola
              pemerintah melalui BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek.

              Menurut dia, JKP merupakan skema baru terkait dengan jaminan ketenagakerjaan yang tidak
              mengurangi manfaat dari berbagai jaminan sosial lainnya. Seperti Jaminan Kecelakaan Kerja
              (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pensiun.

              "JKP tidak menambah beban bagi pekerja/butuh. Program JKP selain memberikan manfaat cash
              benefit juga memberikan manfaat lainnya yaitu peningkatan skill dan keahlian melalui pelatihan
              serta akses informasi ketenagakerjaan," ujar dia.









                                                           120
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126