Page 147 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 OKTOBER 2020
P. 147

Ringkasan

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan sederet hal
              yang dianggap pihaknya sebagai cacat formil dalam pembuatan Omnibus Law Undang-undang
              Cipta Kerja (Ciptaker). Dugaan tersebut akan digugat ke MK melalui judicial review (JR).

              Iqbal menjelaskan UU Ciptaker yang disahkan tidak memuat aspirasi buruh yang kata dia sudah
              disepakati sebelumnya. Hal itu dinilai sebagai cacat formil. Misalnya pesangon yang sebelumnya
              disepakati tetap 32 bulan upah ternyata menjadi hanya 25 kali upah.



              BURUH UNGKAP SEDERET CACAT OMNIBUS LAW

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan sederet hal
              yang dianggap pihaknya sebagai cacat formil dalam pembuatan Omnibus Law Undang-undang
              Cipta Kerja (Ciptaker). Dugaan tersebut akan digugat ke MK melalui judicial review (JR).

              Iqbal menjelaskan UU Ciptaker yang disahkan tidak memuat aspirasi buruh yang kata dia sudah
              disepakati sebelumnya. Hal itu dinilai sebagai cacat formil. Misalnya pesangon yang sebelumnya
              disepakati tetap 32 bulan upah ternyata menjadi hanya 25 kali upah.

              "Kalau kita lihat di screenshot di keputusan, kok putusannya beda, misalnya pesangon dari 32
              bulan upah jadi 25 bulan upah. Padahal tadinya 32 bulan upah disetujui tetap 32 bulan upah di
              (UU)  Cipta  Kerjanya.  Kemudian  UMK  dijanjikan  tetap  ada,  upah  minimum  kabupaten/kota.
              Ternyata dibikin bersyarat. Saya sudah baca ya yang (versi final) 812 halaman," kata dia dalam
              konferensi pers virtual, Rabu (21/10/2020).

              Bahkan perwakilan buruh yang ikut menjadi tim perumus pun pada akhirnya menolak Omnibus
              Law Cipta Kerja yang sudah disahkan. Menurut Iqbal hal itu membuktikan bahwa UU tersebut
              tidak menyerap aspirasi buruh.

              "Itu artinya tidak ada yang menjadi harapan atau keinginan, usulan, saran dari serikat buruh
              yang mewakili teman-teman buruh dimasukkan di dalam Omnibus Law Cipta Kerja. Tapi narasi
              yang dibangun pemerintah dalam hal ini Menteri Ketenagakerjaan, Menko Perekonomian, narasi
              yang dibangun sudah memasukkan (aspirasi buruh)," jelasnya.

              Contoh cacat formil lainnya terjadi di tim perumus yang diinisiasi oleh Wakil Ketua DPR. Awalnya
              7  fraksi  di  tim  perumus  sepakat  tidak  memasukkan  Undang-undang  Nomor  13  Tahun  2003
              Ketenagakerjaan  sebagai  pembahasan  RUU  Ciptaker,  alias  klaster  ketenagakerjaan  tidak
              dimasukkan ke omnibus law.

              "Tapi apa daya, begitu masuk di Panja Baleg terjadi menurut kami pengingkaran, kami merasa
              dikhianati,  diabaikan,  DIM  itu  nggak  dipakai,  dan  terjadilah  yang  sekarang  muncul  Undang-
              undang Cipta Kerja," paparnya.

              Iqbal juga menilai menjelang pengesahan UU Ciptaker di Paripurna ada indikasi cacat formil
              karena yang semula dijadwalkan 8 Oktober, dimajukan menjadi 5 Oktober.

              "Keluar lah akhirnya 5 variasi jumlah halaman (UU Ciptaker), 905, 1.028, 1.052, 1.035, 812
              (halaman).  Dan  bahkan  ada  beberapa  analisa  dari  para  ahli,  ada  pasal-pasal  yang  berubah
              kalimat-kalimat. Ini cacat formil benar. Maka selain uji materiil kami akan uji formil," ujarnya.

              Di  saat  pengajuan  judicial  review  dan  proses  pembahasannya,  Iqbal  mengatakan  juga  akan
              dilakukan aksi di depan Gedung MK.



                                                           146
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152