Page 273 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2020
P. 273
SAAT INVESTASI ERA JOKOWI TAK MAMPU MENGEREK SERAPAN TENAGA KERJA
Ekonom CORE Muhammad Faisal menilai rendahnya serapan tenaga kerja di tengah maraknya
investasi erat kaitannya dengan kesalahan dalam mengambil keputusan.
Sebanyak 295.387 orang tenaga kerja terserap pada kuartal III 2020. Angka ini lebih baik
dibandikan kuartal II 2020 yang mencapai 263.129 orang. Demikian bunyi laporan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jumat (23/10/2020).
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan bila dibandingkan dengan kuartal III 2019,
penyerapan tenaga kerja pada kuartal III 2020 mengalami kenaikan yang signifikan. Angkanya
saat itu hanya mencapai 212.581 orang.
Secara total selama Januari hingga September 2020, realisasi penyerapan tenaga kerja
mencapai 861.581 orang. Seluruh serapan tenaga kerja itu berasal dari 102.276 proyek
investasi.
"Kalau target tenaga kerja di 2020 sebesar 1,2 juta. Sekarang 861.000 jadi masih punya waktu
Q1 sampai Q4," ucap Bahlil dalam konferensi pers virtual, Jumat (23/10/2020).
Sayangnya, catatan positif peningkatan angka serapan tenaga kerja itu masih jauh untuk bisa
mengimbangi tingginya angka pengangguran di tanah air. Buktinya, data penurunan jumlah
pengangguran bukannya makin agresif, justru makin memble.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penurunan jumlah pengangguran
terus melambat sejak pengangguran mencapai puncak tertinggi di 2005. Selama 2005-2009
rata-rata penurunan mencapai 6,82 persen. Namun pada periode 2010-2014, penurunannya
hanya 3,94 persen. Lebih parah lagi, pada periode 2015-Februari 2020, penurunan jumlah
pengangguran hanya 0,96 persen.
Akibatnya, hingga Februari 2020, tercatat sedikitnya ada 6,88 juta rakyat Indonesia yang masih
menganggur. Angka tersebut bakal terus meningkat mengingat jumlah angkatan kerja baru
terus bertambah.
Padahal pemerintah di bawah kemepimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) gencar
menggenjot investasi asing masuk ke Indonesia, dan diklaim bakal banyak mencetak lapangan
kerja baru. Dengan kata lain, maraknya investasi asing yang masuk, tak banyak berdampak
pada penciptaan lapangan kerja baru.
Dahsyatnya Efek Pandemi: Ekonomi Tersungkur, Pengangguran Melonjak Dinilai Salah Resep
Ada sejumlah penyebab utama mengapa investasi yang masuk ke Indonesia justru gagal
membuka lapangan kerja baru seperti harapan pemerintah. Ekonom Institute for Development
of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira berkata, faktor utama dari lambatnya
penanganan pengangguran yaitu "investasi Indonesia didominasi sektor jasa." "Implikasinya
kalau sektor jasa itu tidak banyak menyerap tenaga kerja. Apalagi kita melihat sektor jasa
konstruksi itu dalam perkembangan pembangunan infrastruktur yang begitu masif 6 tahun ke
belakang ini, tapi teknologi infrastruktur itu semakin mengurangi porsi tenaga kerja," kata dia
kepada reporter Tirto , Jumat (23/10/2020).
272