Page 134 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 MEI 2020
P. 134

"Alasan force majeur tidak dapat serta merta digunakan untuk menghalalkan PHK
               ataupun pemotongan dan penundaan gaji. Misalnya force majeur sebagai alasan
               PHK, diatur dalam Pasal 164 Ayat (1)," ujar Ade.


               Selain persoalan ketenagakerjaan, kasus kekerasan terhadap jurnalis ketika meliput
               ihwal Covid-19 juga dinilai mengancam kebebasan pers.

               Sejak penerapan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan penerbitan
               Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020 tentang penetapan bencana
               non-alam penyebaran Covid-19, sudah terjadi sedikitnya 3 kasus kekerasan
               terhadap jurnalis.


               Dua diantaranya dialami jurnalis bernama Mohammad Hashemi Rafsanjani dan
               Dinar saat melakukan peliputan kejadian warga meninggal diduga kelaparan di
               masa pandemi Covid-19 di Banten, 20 April lalu.

               Keduanya menerima perlakukan intimidasi, penghalangan hingga penghapusan hasil
               liputan.


               Peristiwa lain dialami oleh jurnalis kabardaerah.com, Sahril Helmi. Ia mengalami
               tindakan penganiayaan diduga karena pemberitaan terkait anggaran penanganan
               Covid-19 di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara.

               Ade mengatakan, transparansi informasi menjadi kunci utama penanganan wabah
               Covid-19. Sedangkan jurnalis merupakan instrumen untuk memenuhi hak
               masyarakat akan informasi.


               "Sehingga ketika ada jurnalis yang mendapat kekerasan karena sedang menjalankan
               tugasnya memberikan informasi, maka sebenarnya dia juga menghambat akses
               masyarakat terhadap informasi tersebut," tuturnya.

               Terakhir, LBH Pers menilai bahwa agresifnya DPR RI dan pemerintah dalam
               mendorong pengesahan RUU Cipta Kerja dan RKUHP memperburuk kondisi
               kebebasan pers.

               RUU tersebut menjadi masalah yang serius, karena UU Pers termasuk sebagai salah
               satu UU yang direvisi.

               Dalam perubahan tersebut, terdapat upaya pemerintah mengintervensi pers melalui
               adanya aturan turunan di bawah UU Pers mengenai sanksi.


               UU Pers sendiri sampai saat ini tidak punya aturan khusus di bawah UU. Hal ini demi
               menciptakan independensi pers dan tidak adanya intervensi dari pemerintah.


               Namun kini, independensi itu terancam dengan direvisinya RKUHP.

               "Sedangkan RKUHP, di dalamnya masih banyak pasal-pasal yang bermasalah dan
               berpotensi mengkriminalisasi jurnalis seperti beberapa pasal penghinaan dan
               pencemaran nama baik, berita bohong, dan contempt of court," kata Ade.



                                                      Page 133 of 203.
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139