Page 146 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JULI 2021
P. 146
kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada korporasi karena dianggap memiliki kekuatan
cadangan dana besar sehingga tidak menjadi perhatian khusus pemerintah.
Roy menilai selama ini kebijakan pemerintah hanya memikirkan sektor perdagangan masyarakat
kecil saja, tanpa memerhatikan pengusaha korporasi.
"Kita tidak mempermasalahkan mereka (SME tradisional) karena memang harus dibantu, tapi
yang besar juga harus dibantu," kata Roy dalam diskusi bersama media, Jakarta, Kamis (22/7).
Seharusnya, kata Roy, pemerintah juga memberikan perhatian kepada korporasi. Sebab, bila
dibiarkan berjuang sendirian, korporasi bisa bangkrut dan tutup. Investor pun bisa angkat kaki.
"Kalau korporasi besar tidak dibantu ketika bangkrut, tutup dan dipailitkan, investor hengkang,"
kata dia.
PHK Massal
Dampak yang lebih besar pun menanti. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pegawai pun tak bisa
terhindarkan. "Dampak multiplier effect to big to fail akan terjadi ekonomi tahun 30-nan,
ekonomi hancur di dunia," sambungnya.
Tahun lalu, korporasi masih bisa mengandalkan cadangan dana untuk bertahan. Membayar
berbagai kewajiban di tengah pendapatan yang minim.
Namun memasuki 2021, dana cadangan pun kian menipis, bahkan beberapa sudah ada yang
habis. Terpaksa gulung tikar karena tak sanggup lagi bertahan. "Kita sudah tidak ada cadangan,
kami sudah terdampak," kata dia.
Sementara itu, Roy menambahkan korporasi juga yang tidak mendapatkan bantuan dari
pemerintah. Khususnya korporasi peritel modern yang tidak bisa mendapatkan keringanan
restrukturisasi kredit karena bukan sektor prioritas.
"Jadi sering kali di (aturan) PPKM ini tidak ada bantuan untuk korporasi sektor swalayan. Dalam
hal ini karena yang dilihat hanya sektor bawah. Sementara kita harus menjaga sektor bawah
tetap terjaga ada tenaga kerja," kata dia mengakhiri.
145