Page 181 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 JANUARI 2021
P. 181

Sepanjang  tahun  2020,  penerimaan  iuran  (  unaudited  )  BPJAMSOSTEK  tercacat  berhasil
              dibukukan sebesar Rp73,31 triliun, walaupun terdapat implementasi PP 49 Tahun 2020 tentang
              relaksasi iuran Program JKK, JK sebesar 99% dan penangguhan Program JP sebesar 99%.



              SELAMA PANDEMI COVID-19, BPJAMSOSTEK TETAP CATAT KINERJA POSITIF

              Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berat karena efek dari pandemi Covid-19, namun meski
              demikian BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) tetap mencatatkan hasil positif pada kinerja
              institusi sepanjang tahun 2020 tersebut. Antara lain kinerja pada bidang Investasi, kepesertaan,
              dan pelayanan.

              Sepanjang  tahun  2020,  penerimaan  iuran  (  unaudited  )  BPJAMSOSTEK  tercacat  berhasil
              dibukukan sebesar Rp73,31 triliun, walaupun terdapat implementasi PP 49 Tahun 2020 tentang
              relaksasi iuran Program JKK, JK sebesar 99% dan penangguhan Program JP sebesar 99%.

              Iuran tersebut ditambah pengelolaan investasi berkontribusi pada peningkatan dana kelolaan
              mencapai Rp486,38 triliun pada akhir Desember 2020.

              BPJAMSOSTEK  juga  mencatatkan  hasil  investasi  sebesar  Rp32,30  triliun,  dengan  Yield  on
              Investment (YOI) yang didapat sebesar 7,38%.

              Dana dan hasil Investasi tersebut mengalami pertumbuhan masing masing sebesar 12,59% dan
              10,85% dibandingkan tahun akhir 2019.

              Agus mengutarakan investasi BPJAMSOSTEK dilaksanakan berdasarkan PP No. 99 tahun 2013
              dan  PP  No.  55  tahun  2015,  yang  mengatur  jenis  instrumen-instrumen  investasi  yang
              diperbolehkan berikut dengan batasan-batasannya.

              Ada juga Peraturan OJK No. 1 tahun 2016 yang juga mengharuskan penempatan pada Surat
              Berharga Negara sebesar minimal 50%.
              "Untuk alokasi dana investasi, BPJAMSOSTEK menempatkan sebesar 64% pada surat utang,
              17% saham, 10% deposito, 8% reksadana, dan investasi langsung sebesar 1%," tuturnya.

              Selama masa pandemi, pengelolaan dana investasi mendapatkan tantangan yang cukup berat,
              mengingat dampak pandemi Covid-19 dirasakan oleh seluruh bidang usaha di dalam negeri.

              Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada awal tahun 2020 dibuka melemah, bahkan
              sempat terseok ke level 3900-an pasca ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi global.

              "Kondisi pandemi termasuk pasar investasi global dan regional tentunya memiliki pengaruh pada
              hasil  investasi  yang  diraih  oleh  industri  jasa  keuangan  pada  tahun  2020.  Tapi  kami  telah
              mengalihkan mayoritas portofolio pada instrumen fixed income hingga mencapai 74% dari total
              portofolio,  sehingga  tidak  berpengaruh  langsung  dengan  fluktuasi  IHSG,"  ujar  Agus  Agus
              mencontohkan  pada  investasi  saham,  mayoritas  penempatan  atau  98%  penempatan  dana
              dilakukan pada saham kategori Blue Chip atau LQ45.


              Meski demikian, penempatan pada saham non LQ45 juga tetap dilakukan dengan menerapkan
              protokol investasi yang ketat.

              Jumlah  saham  non  LQ45  tersebut  hanya  sekitar  2%  besarannya  dari  total  portofolio  saham
              BPJAMSOSTEK.

              "Untuk saham, BPJAMSOSTEK hanya berinvestasi pada emiten BUMN, emiten dengan saham
              yang mudah diperjualbelikan, berkapitalisasi besar, memiliki likuiditas yang baik dan memberikan

                                                           180
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186