Page 190 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2021
P. 190
MENAKER IDA AJAK SANTRI IKUT BERKONTRIBUSI MANFAATKAN BONUS
DEMOGRAFI
JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyakini dengan banyaknya jumlah usia
produktif membuat Indonesia berpotensi besar mendapatkan bonus demografi yang puncaknya
terjadi pada 2030. Saat ini, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak dan
didominasi usia produktif, yaitu usia antara 14-64 tahun. Jumlah usia produktif itu mencapai 70
persen dari jumlah penduduk.
"Saya percaya dan yakin bonus demografi akan kita raih," kata Menaker Ida saat berkunjung ke
Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Jawa Barat, Minggu (24/10).
Dia mengingatkan untuk mendapatkan bonus demografi dibutuhkan serangkaian persyaratan,
seperti penduduk usia produktif memiliki kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi.
"Kita akan masuk menjadi negara maju di tahun 2045 kalau mempersiapkan dengan baik,
termasuk Pesantren Bina Insan Mulia yang akan mempersiapkan Indonesia menjadi negara maju
yang memiliki kedisiplinan yang tinggi dan etos kerja yang tinggi," ujarnya.
Menaker mengatakan jumlah usia produktif yang ada di Indonesia merupakan anugerah yang
harus dimanfaatkan dengan baik, sehingga menjadi bonus demografi dan bukan sebaliknya
menjadi bencana demografi.
"Tidak semua negara mendapatkan bonus demografi," tegasnya.
Sejumlah negara yang pernah mendapatkan bonus demografi seperti Jepang, China, dan Korea
Selatan. Bonus demografi mengantarkan ketiga negara tersebut menjadi negara maju.
"Dan tidak sedikit juga yang gagal memanfaatkannya seperti Afrika dan Brazil," beber Menaker
Ida.
Dia meyakini jika berhasil meraih bonus demografi, cita-cita Indonesia menjadi negara maju
pada 2045 atau 100 tahun setelah kemerdekaan Indonesia dapat terwujud.
"Nantinya Indonesia menjadi negara maju terbesar ketiga di dunia yang pertumbuhan
ekonominya tinggi, yang tidak ada orang miskin di Indonesia, yang kemiskinannya nol persen,"
ujar Menaker Ida.
Menaker Ida juga percaya khususnya Pesantren Bina Insan Mulia turut berkontribusi tidak hanya
mencetak santri-santri yang memiliki kedalaman ilmu agama, tetapi juga memunculkan santri-
santri yang menguasi teknologi digital. Negara ini menurut Menaker Ida, tidak hanya
membutuhkan banyak teknokrat.
"Kita juga butuh konten-konten YouTube yang juga kontennya kesantrian. Kita juga butuh
inovator-inovator baru yang juga santri," sebut mantan anggota DPR itu. Dia berharap ada
kontribusi santri untuk mewujudkan Indonesia 2045 menjadi negara maju.
(mrk/jpnn)
189