Page 191 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 JULI 2020
P. 191
"Narasi kontra narasi dalam konteks RUU Cipta Kerja ini, jangan tertelan dalam diskursus yang
kerdil, mengerucut, dan tidak sehat. Seolah-olah Ciptaker hanya merusak lingkungan saja,
hanya bicara soal pengebirian hak buruh saja misalnya. Padahal, kalau dilihat dalam konteks
saat ini RUU Cipta Kerja justru bisa menjadi jawaban atas permasalahan ekonomi di tengah
pandemi ini," kata Yustinus dalam rilis survei "Penilaian Publik Terhadap RUU Cipta Kerja dan
Penanganan Dampak Covid-19" Cyrus Network yang dipaparkan secara virtual.
Kondisi ekonomi di tengah pandemi Covid-19 ini, menurut Yustinus, membuat negara tak bisa
hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga dan spending negara saja. Krisis yang
ditimbulkan karena pandemi, membuat kedua instrumen tersebut terbatas untuk menopang
ekonomi Indonesia.
"Investasi baru adalah instrumen yang bisa jadi tumpuan ekonomi. Perbaikan kemudahan
berusaha, serta inklusi UMKM yang lebih besar dan ada di RUU Cipta Kerja kalau dilihat secara
komprehensif justru bisa jadi jawaban terlepas dari pro kontra yang ada," kata Yustinus.
Meski demikian, Yustinus menyadari bahwa saat ini pemerintah dan DPR yang masih membahas
RUU Cipta Kerja juga harus memberikan pemahaman dan sosialisasi yang lebih baik lagi terkait
beleid ini. "Ada gap antara pemahaman publik dengan persepsi publik terhadap isu ini. Literasi
publik dan awareness harus dipertajam, sosialisasi juga harus terus dilakukan karena ada
harapan dari masyarakat," ungkapnya.
Dalam survei Cyrus Network, tingkat pengetahuan responden terkait RUU Cipta Kerja mencapai
angka 20,7% dari total seluruh responden. Tercatat, 80% dari responden yang pernah
mendengar soal pembahasan RUU Cipta Kerja tersebut, merasa memang perlu ada penciptaan
lapangan kerja yang seluas-luasnya oleh pemerintah..
190

