Page 110 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 SEPTEMBER 2020
P. 110

Ringkasan

              Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian  memaparkan  15  substansi  dalam  Rancangan
              Undang-Undang  Omnibus Law  Cipta Kerja (  RUU Ciptaker  ) telah disepakati antara pemerintah
              dan  Dewan  Perwakilan  Rakyat  (DPR).  Staf  Ahli  Bidang  Regulasi,  Penegakan  Hukum,  dan
              Ketahanan  Ekonomi  Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Elen  Setiadi
              mengungkapkan substansi pertama yang telah disepakati adalah kesesuaian tata ruang darat
              dan laut.



              PEMERINTAH KLAIM 15 SUBSTANSI RUU CIPTAKER DISEPAKATI DPR

              Jakarta  -  Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian  memaparkan  15  substansi  dalam
              Rancangan Undang-Undang  Omnibus Law  Cipta Kerja (  RUU Ciptaker  ) telah disepakati antara
              pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

              Staf Ahli Bidang Regulasi, Penegakan Hukum, dan Ketahanan Ekonomi Kementerian Koordinator
              Bidang  Perekonomian  Elen  Setiadi  mengungkapkan  substansi  pertama  yang  telah  disepakati
              adalah kesesuaian tata ruang darat dan laut.

              Poin  tata  ruang  ini  juga  berkaitan  dengan  percepatan  penetapan  rencana  detail  tata  ruang
              (RDTR) sebagai acuan perizinan.

              "Kami harus integrasikan tata ruang baik di darat dan laut, termasuk kawasan hutan ini menjadi
              salah  satu  hambatan  ketika  memulai  untuk  menetapkan  atau  menentukan  suatu  lokasi  tata
              ruangnya masih belum mencukupi atau memadai, termasuk RDTR," ungkap Elen dalam diskusi
              virtual Policy Center ILUNI UI, Kamis (24/9).

              Substansi    kedua  terkait  persetujuan  lingkungan.  Beberapa  hal  yang  dibahas  adalah  soal
              integrasi  perizinan  lingkungan  ke  dalam  perizinan  berusaha  dan  analisis  mengenai  dampak
              lingkungan (AMDAL).

              "Untuk  persetujuan  lingkungan  kami  tidak  hilangkan  AMDAL,  kami  hanya  menyederhanakan
              bisnis proses tanpa hilangkan esensi perlindungan ke daya dukung lingkungan dan lingkungan
              hidup itu sendiri," terang Elen.

              Substansi  ketiga  berisi tentang persetujuan bangunan gedung dan sertifikat layak fungsi (SLF).
              Elen menjelaskan pembangunan gedung harus menerapkan standar yang ditetapkan.

              Substansi  keempat  adalah penerapan perizinan berbasis risiko. Nantinya, perizinan berusaha
              didasarkan pada risiko yang rendah, menengah, dan tinggi.

              "Risiko rendah dengan pendaftaran, risiko menengah dengan pemenuhan standar, dan risiko
              tinggi dengan izin," jelas Elen.

              Substansi  kelima  terkait Usaha Menengah Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Di sini,
              pemerintah memberikan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan UMKM.


              Substansi  keenam  adalah riset dan inovasi. Pemerintah akan memberikan penugasan kepada
              Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan riset.

              Substansi  ketujuh  adalah tindak lanjut putusan Organisasi Perdagangan Internasional (WTO).
              Berikutnya, substansi  kedelapan  terkait penataan kewenangan perizinan berusaha di pusat dan
              daerah.




                                                           109
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115