Page 116 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 SEPTEMBER 2020
P. 116

Senada  dengan  Supratman,  Staf  Ahli  Bidang  Regulasi,  Penegakan  Hukum,  dan  Ketahanan
              Kemenko Perekonomian Elen Setiadi juga mengklaim hal serupa bahwa beberapa pasal dalam
              10 klaster RUU Ciptaker tersebut sudah mencapai kata sepakat.

              Setidaknya, menurut Elen ada 15 substansi dalam RUU Ciptaker yang telah disepakati antar-
              pemerintah dan Baleg DPR RI. Berikut rinciannya:

              1. Kesesuaian Tata Ruang  Kesesuaian tata ruang tersebut menyangkut tata ruang di darat dan
              laut, termasuk kawasan hutan. Menurut Elen, tata ruang menjadi salah satu hambatan ketika
              para investor memulai untuk menetapkan/menentukan suatu lokasi.

              "Tata ruangnya masih belum mencukupi atau memadai, termasuk RDTR (Rencana Detail Tata
              Ruang)," ujar Elen.

              Oleh karena itu RDTR di dalam RUU Cipta Kerja didorong untuk dilakukan percepatan RDTR
              dalam bentuk digital. RDTR ini sebagai acuan perizinan berusaha (kesesuaian tata ruang).

              "Sehingga diharapkan bisa memudahkan pelaku usaha, terutama UMKM untuk memulai starting
              bisnis dan menentukan lokasi sesuai kegiatan usahanya," lanjutnya.

              2.  AMDAL  Tidak  Dihilangkan    Dalam  draft  pertama  kali  yang  diajukan  oleh  pemerintah,
              pemerintah ingin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dihilangkan, akhirnya tidak
              jadi dihilangkan.

              Elen  menjelaskan  mengenai  persetujuan  lingkungan  tidak  dihilangkan,  dan  AMDAL  akhirnya
              disepakati  untuk  hanya  menyederhanakan  bisnis  proses,  tanpa  menghilangkan  esensi
              perlindungan ke daya dukung lingkungan, dan lingkungan hidup itu sendiri.

              "Pengintegrasian perizinan lingkungan ke dalam perizinan berusaha. AMDAL tetap ada untuk
              kegiatan risiko tinggi," jelasnya.

              3. Persetujuan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)  Elen menjelaskan mengenai
              SLF,  pemerintah  akan  menerapkan  persetujuan  pembangunan  gedung,  dengan  menerapkan
              standar dan sertifikat layak fungsi.

              "Akan  ada  guidance  yang  disiapkan  Kementerian  PUPR  mengenai  sertifikasi  dan  standar
              bangunan yang harus disiapkan masyarakat. Terutama risiko rendah untuk bangunan sederhana,
              tentu tinggal mengambil standar yang telah disiapkan," sambungnya.

              4. Penerapan Perizinan Berbasis Risiko (Risk Based Approach)  Perizinan berusaha, kata Elen,
              akan didasarkan atas risiko rendah, menengah, dan tinggi. Risiko rendah dengan pendaftaran,
              risiko menengah dengan pemenuhan standar, dan risiko tinggi dengan izin.

              "Kalau yang risikonya rendah seperti UMK cukup pendafararan melalui sistem OSS (Online Single
              Subbmission), akan ter-register dan mendapatkan semacam perizinan dari pemerintah pusat,"
              tuturnya.
              5.  UMKM  dan  Koperasi    Lewat  RUU  Cipta  Kerja,  Elen  mengklaim  UMKM  dan  Koperasi  akan
              mendapatkan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan.

              "Baik  UMKM  dan  Koperasi  kita  sudah  sepakati  sudah  memberikan  kemudahan  dan
              pemberdayaan dalam bentuk akseleratif dan dukungan dengan kemitraan dengan badan usaha
              besar."    6.  Riset  dan  Inovasi    Badan  Usaha  Milik  Negara  (BUMN)  akan  ditugaskan  untuk
              membawahi riset dan inovasi. Serta akan ada kelembagaan riset dan inovasi di daerah.

              7. Tindak Lanjut Putusan World Trade Organization (WTO)  Tindak lanjut putusan WTO atas
              Dispute  Settlement  (DS) 477  dan DS  478  atas  ketentuan impor  atas  4  UU (UU Pangan, UU
                                                           115
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121