Page 53 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 NOVEMBER 2020
P. 53
Pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 yang kembali menunjukkan angka negatif, pada akhirnya
membuat Indonesia masuk ke jurang resesi.
Fakta itu muncul setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal ID/2020 terkontraksi 3,49%.
Adapun, beberapa hari sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah menyebutkan Indonesia masuk
ke kondisi resesi. Kala itu, Jokowi memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mengalami
kontraksi 3% pada kuartal III/2020.
Sejumlah risiko pun bermunculan. Salah satunya tentu saja di sektor ketenagakerjaan. Angkatan
kerja baru dinilai akan semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan karena kualitas ekonomi yang
menurun. Lalu, apakah kondisi itu masih akan mengancam hingga 2021?
BPS mencatat jumlah pengangguran per Agustus melonjak menjadi 9,77 juta orang. Angka itu
naik 2,67 juta orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus
2020 melonjak menjadi 7,07%. Realisasi itu naik dari posisi Agustus 2019
yang sebesar 5,23%.
Sementara itu, BPS melaporkan, pada periode yang sama jumlah penduduk usia kerja bertambah
2,78 juta orang menjadi 203,97 juta orang jika dibandingkan dengan Agustus
2019.
Lalu, angkatan kerja bertambah 2,36 juta orang menjadi 138,22 juta orang. Kendati begitu,
jumlah orang yang bekerja turun 0,31 juta orang menjadi 128,45 juta orang.
"Jumlah pekerja penuh turun 9,46 juta orang menjadi 82,02 juta orang. Sementara itu, pekerja
paruh waktu bertambah 4,32 juta orang menjadi 33,34 juta, sedangkan setengah pengangguran
bertambah 4,83 juta menjadi 13,09 juta orang," papar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual,
Kamis (5/11).
Selain itu, jumlah pekerja informal meningkat 4,59% menjadi 77,68 juta orang. Alhasil, porsi
tenaga informal makin mendominasi atau mencapai 60,47%. Sementara itu, pekerja formal
tercatat sebanyak 50,77 juta orang atau 39,53%.
Dia menyatakan kenaikan pengangguran disebabkan pandemi Covid-19 atau virus corona.
Dengan realisasi ini, maka bisa diartikan dampak Covid-19 lebih terasa di perkotaan ketimbang
di desa. "Dampak pandemi Covid-19 jauh lebih tajam di kota," imbuhnya.
Selain itu, rata-rata upah buruh atau gaji karyawan hanya Rp2,76 juta pada Agustus 2020. Angka
itu turun 5,18% dari periode yang sama tahun lalu.
Suhariyanto menjelaskan rata-rata upah buruh turun karena persentase masyarakat yang
bekerja penuh menurun dari 71,04% menjadi hanya 63,85% pada Agustus 2020. Penurunan ini
terjadi karena pandemi Covid-19.
PEKERJAAN SAMPINGAN
Suhariyanto menjelaskan penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal dan masih mencari
pekerjaan sampingan naik dari 6,42% menjadi 10,19%.
Lalu, penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan
sampingan juga naik dari 22,54% menjadi 25,96%.
52