Page 140 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 Februari 2021
P. 140

DPR DAN EKONOM KRITIK PENGHENTIAN BLT SUBSIDI UPAH

              Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan
              Daulay mengkritik penghentian bantuan subsidi upah (BSU) atau BLT bagi pekerja bergaji di
              bawah Rp5 juta di tahun ini.

              Menurutnya, kebijakan tersebut masih dibutuhkan untuk menggenjot daya beli pekerja terutama
              yang penghasilan hariannya terdampak pandemi covid-19.

              "Sangat disayangkan jika ini dihentikan. Apalagi kita lihat pemulihan ekonomi belum berlangsung
              seperti yang diharapkan," ucapnya kepada CNNIndonesia.com Selasa (2/2).

              Saleh menilai seharusnya bantuan subsidi upah tersebut diperluas di tahun ini. Pasalnya, masih
              banyak  pekerja  yang  luput  dari  sasaran  program  ini  di  tahun  lalu,  terutama  untuk  pekerja
              informal.
              "Banyak pekerja di tahun lalu kan belum mendapatkan bantuan tersebut. Karena informal yang
              tidak terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan juga kan banyak, harusnya mereka jadi sasaran di tahun
              ini," imbuhnya.

              Kalau pun masalahnya adalah ketidakmampuan APBN, kata dia, seharusnya pemerintah tidak
              menghentikan bantuan melainkan memperkecil alokasi anggaran.

              Di samping itu, sasaran penerima juga bisa diubah dari yang sebelumnya untuk pegawai bergaji
              di bawah Rp5 juta menjadi hanya pegawai bergaji upah minimum provinsi (UMP).

              "Di daerah, kan banyak yang gajinya masih UMP. Kemudian UMP tersebut juga kecil tidak seperti
              Jakarta. Ini penting untuk bantu konsumsi mereka tumbuh," tegasnya.

              Sementara itu, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Rendy Yusuf Manilet
              menilai penghentian bantuan subsidi upah kontradiktif dengan upaya pemerintah mempercepat
              pemulihan ekonomi di tahun ini.
              Pasalnya, menurut Rendy, BLT untuk pekerja di bawah Rp5 juta tersebut terbukti memberikan
              dampak positif bagi rumah tangga yang jadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.

              "Sebenarnya  ini  kan  instrumen  yang  ditawarkan  pemerintah.  Tahun  lalu  cukup  berhasil,
              setidaknya kuartal kedua dan ketiga. Kalau kita lihat sekarang dihentikan, tentu harapan bisa
              pulih  menjadi  lebih  sedikit  dari  tahun  lalu  karena  bantuan  yang  serapannya  bagus  justru
              dihilangkan," tuturnya.

              Pencabutan bantuan subsidi upah, lanjut Rendy, harusnya bisa jadi andalan pemerintah untuk
              mengakselerasi konsumsi yang saat ini masih belum pulih.

              Terlebih,  pandemi  covid-19  yang  jadi  penyebab  mandeknya  aktivitas  ekonomi  belum  bisa
              dibereskan oleh pemerintah hingga saat ini.

              "Agak mengejutkan juga pemerintah memutuskan untuk tidak melanjutkan bantuan ini. Padahal
              kan  kita  tahu  ada  PPKM  (Penerapan  Pembatasan  Kegiatan  Masyarakat)  dan  kasus  aktif
              meningkat. PPKM sendiri seperti kata Presiden belum efektif," pungkasnya.









                                                           139
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145