Page 52 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 SEPTEMBER 2020
P. 52
57 persen produk domestik bruto dan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas
menyumbang sekitar 45 persen konsumsi rumah tangga nasional.
Namun, dengan berbagai kendala dalam penyalurannya---ditambah lagi rendahnya serapan
anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) lainnya secara keseluruhan, upaya
menggenjot konsumsi dalam waktu cepat dan menghindari resesi pada triwulan III tampaknya
sulit. Waktu yang tersisa tak sampai satu bulan dan dampak program itu sendiri diperkirakan
baru bisa dirasakan pada triwulan IV.
Hal yang bisa dilakukan hanya mencegah kontraksi ekonomi yang terlalu dalam. Di antara usulan
yang muncul terkait Kartu Prakerja adalah mengubah insentif untuk pekerja ini menjadi bantuan
tunai agar bisa langsung dibelanjakan dan berdampak pada peningkatan konsumsi rumah
tangga. Pelaksanaan Kartu Prakerja sendiri diusulkan ditunda hingga ekonomi pulih.
Memaksakan program Kartu Prakerja saat ini dianggap mubazir di tengah situasi sektor riil
sebagai penyerap angkatan kerja yang juga terpuruk akibat dampak pandemi.
Banyak peserta program ini lebih termotivasi oleh keinginan mendapatkan bantuan tunai pasca-
pelatihan ketimbang meningkatkan kompetensi. Pelatihan bukan lagi jadi fokus utama. Jenis
pelatihan daring yang diberikan juga tak selalu sesuai tuntutan kebutuhan dunia usaha. Jika
tetap dipaksakan berjalan saat ini, harus ada pembenahan, termasuk menghilangkan segala
faktor yang menghambat diperolehnya manfaat segera oleh kelompok yang disasar.
Kasus Kartu Prakerja ini tak jauh beda dengan program PEN lain yang juga rendah serapannya:
tak siapnya birokrasi, buruknya desain program, dan lemahnya data. Pengalaman pandemi ini
menyadarkan kita pentingnya sistem perlindungan sosial yang lebih solid dan terkonsolidasi ke
depan.
51