Page 334 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 AGUSTUS 2020
P. 334

Diharapkan semua proses ini selesai akhir bulan Agustus 2020 sehingga bisa langsung dicairkan.
              "Untuk batch pertama penerima. Nanti minimal per minggu (dicairkan, red)" jelas Ida.
              Saat ini sendiri, kata dia, sudah 13,7 juta data rekening calon penerima program BSU yang sudah
              disetor ke BPJamsostek  Masih ada sisa 2 juta data lagi dari target 15,7 juta data yang terus
              diupayakan untuk dikumpulkan. Ida optimis, seluruh data bisa masuk pada bulan depan

              Kendati  begitu,  dia  mewanti-wanti  agar  pemberi  kerja  tidak  asal  memberi  data  pekerjanya.
              Sebab, ada sanksi yang bisa dikenakan bila data yang diberikan tidak valid seperti Peraturan
              Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 14 Tahun 2020.

              "Sanksinya  berupa  sanksi  administratif.  Penghentian  layanan  untuk  yang  tidak  daftarkan
              pekerjanya," tutur politisi PKB tersebut.

              Dalam  kesempatan  tersebut,  Ida  turut  menyampaikan,  bahwa  nantinya  pegawai  honorer
              jugabisa  mendapat  BSU  ini.  Selama  terdaftar  sebagai  peserta  BPJamsostek.  Ini  merupakan
              kesepakatan dari penambahan peserta yang sebelumnya hanya ditargetkan 13,8 juta menjadi
              15,7 juta penerima.

              "Kriterianya, pegawai pemerintah non-PNS, terdaftar BPfS Ketenagakerjaan (BPJamsostek , red),
              dan tidak menerima gaji 13," ungkapnya.

              Dirut  BPJamsostek    Agus  Susanto  menambahkan,  penyerahan  data  ini  memang  sengaja
              dilakukan secara bertahap. Meski saat ini dari target 15,7 juta penerima sudah 13,7 juta data
              yang terkumpul. Bahkan, per 24 Agustus 2020, sudah 10 juta data yang tervalidasi. Seperti
              diketahui,  proses  validasi  ini  dilakukan  berlapis.  Pihaknya  harus  melakukan  tiga  kali  proses
              validasi seluruh data tersebut

              Penyerahan data bertahap ini, kata dia, untuk memudahkan proses rekonsiliasi, monitoring, dan
              kehati-hatian.  "Bisa  saja  langsung  diserahkan  10  juta  data.  Tapi  ini  untuk  mempermudah
              monitoring dan prinsip kehati-hatian," ungkapnya. Nantinya, lanjut dia, data akan diserahkan
              per minggu minimal2,5 juta data.

              Mengenai  2  juta  data  yang  belum  masuk,  Agus  meminta  agar  pemberi  kerja  segera
              mengumpulkan  nomor  rekening  pegawainya.  Sehingga  mereka  bisa  mendapat  BSU  dari
              pemerintah Disinggung soal ket-idakvalidan data calon peserta, Agus mengungkapkan bahwa
              pihaknya sudah mengembalikan sejumlah data pada perusahaan Dia meminta agar dilakukan
              perbaikan.

              Meski begitu, dia menegaskan bahwa data yang disetorkan harus benar Bila tidak pemberi kerja
              bisa dikenakan sanksi. Mulai dari teguran, hingga penghentian pelayanan publik tertentu. "Akan
              mendapat sanki administratif, berupa teguran ,denda, hingga pelayanan publik tertentu, dan
              sanksi-sanksi lain sesuai peraturan yang berlaku," ungkap Agus.

              Selain itu, dia menegaskan kembali bahwa tidak ada peluang bagi peserta baru untuk mendapat
              BSU ini. Karena data telah dikunci per Juni2020.

              Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, sejak Senin (24/8) pemerintah
              telah mencairkan bantuan subsidi gaji untuk para karyawan. Ani menjelaskan, seluruh persiapan
              pencairan subsidi gaji telah rampung. Termasuk penyiapan daftar isian pelaksanaan anggaran
              (DIPA)  dan  penerbitan  Peraturan  Menteri  Ketenagakerjaan  (Permenaker)  Nomor  14/2020
              sebagai payung hukumnya. Pencairan subsidi gaji akan dimulai dari tahap pertama.

              "Kemenaker sudah mengeluarkan Permenaker dan DIPA juga sudah diterbitkan. Sehingga mulai
              24  Agustus  sudah  mulai  bisa  disalurkan  tahap  pertama,"  ujarnya  dalam  rapat  kerja  dengan
              Komisi XI di DPR, kemarin.

                                                           333
   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338   339