Page 74 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 AGUSTUS 2020
P. 74

Ringkasan

              Pimpinan DPR bersepakat setidak-tidaknya dalam empat hal dengan para buruh terkait Omnibus
              Law RUU Cipta Kerja. Kesepakatan itu terjadi setelah Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad dan
              dua pimpinan Badan Legislasi DPR, Willy Aditya dan Supratman Andi Agtas, menemui pendemo
              dari serikat buruh yang menolak RUU Cipta Kerja, di depan kompleks MPR/DPR, Jakarta, Selasa
              (25/8).



              DPR DAN BURUH SEPAKATI EMPAT HAL

              JAKARTA -   Pimpinan DPR bersepakat setidak-tidaknya dalam empat hal dengan para buruh
              terkait Omnibus Law RUU Cipta Kerja. Kesepakatan itu terjadi setelah Wakil Ketua DPR Sufmi
              Dasco Ahmad dan dua pimpinan Badan Legislasi DPR, Willy Aditya dan Supratman Andi Agtas,
              menemui  pendemo  dari  serikat  buruh  yang  menolak  RUU  Cipta  Kerja,  di  depan  kompleks
              MPR/DPR, Jakarta, Selasa (25/8).

              Willy  mengungkapkan,  kesepakatan  pertama  adalah  materi  muatan  Klaster  Ketenagakerjaan
              RUU Cipta Kerja yang sudah diatur dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tak bisa diganggu
              gugat.  "Jadi  terkait  perjanjian  kerja  waktu  tertentu,  upah,  pesangon,  hubungan  kerja,  PHK,
              penyelesaian  perselisihan  hubungan  industrial,  jaminan  sosial,  dan  materi  muatan  lain  yang
              terkait dengan putusan MK, harus didasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi," kata dia.

              Lalu kesepakatan kedua adalah soal sanksi pidana ketenagakerjaan dalam RUU Cipta Kerja akan
              dikembalikan sesuai ketentuan dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

              Kesepakatan ketiga berkenaan dengan hubungan ketenagakerjaan yang lebih adaptif terhadap
              perkembangan industri 4.0. Nantinya, pengaturan hubungan itu dapat dimasukkan di dalam RUU
              Cipta Kerja dan terbuka terhadap masukan publik. ''Dan terakhir akan memasukkan pokok-pokok
              pikiran dari serikat buruh ke dalam DIM (daftar inventarisasi masalah) tiap fraksi," kata Willy.
              Selain itu, pihaknya akan memperjuangkan asipirasi buruh untuk mempersingkat masa sengketa
              perburuhan yang prosesnya sering berlarut-larut. "Iya, itu salah satu pokok pikiran yang akan
              kami masukkan ke dalam DIM," ujar Willy.

              Aksi demo di depan kompleks MPR/DPR itu digelar oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
              (KSPI) bersama elemen serikat buruh lainnya. Mereka memiliki agenda untuk menolak Omnibus
              Law RUU Cipta Kerja dan pemberhentian hubungan kerja (PHK). Terdapat sejumlah pasal yang
              menjadi poin keberatan serikat buruh terkait pengaturan upah minimum. Dalam RUU Omnibus
              Law Ciptaker pemerintah hanya memberlakukan Upah Minimum Provinsi (UMP). Itu berarti, Upah
              Minimum Kabupaten/Kota (UMK) akan dihapus.

              Selain itu, buruh dan pekerja juga keberatan terhadap pasal yang menghapus batasan kerja
              kontrak dan  outsourcing  pada sektor tertentu alias sistem tersebut boleh berlaku di semua lini
              bisnis. Sebelumnya, pemerintah melarang sistem kerja kontrak dan  outsourcing  pada sektor
              yang sifatnya tetap atau memiliki keberlanjutan. Selain di Jakarta, kemarin demonstrasi menolak
              Omnibus Law RUU Cipta Kerja juga digelar secara serentak di sejumlah daerah di Pulau Jawa
              dan Sumatera.

              Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, pihaknya akan melanjutkan pembahasan RUU Omnibus
              Law  Cipta  Kerja  secara  cermat,  hatihati,  transparan,  dan  terbuka.  Selain  itu,  DPR  juga
              mengutamakan  kesinambungan  kepentingan  nasional.  "Parlemen  terbuka  untuk  menyerap
              semua aspirasi terkait RUU Ciptaker. DPR juga akan transparan dan cermat dalam pembahasan
              RUU Ciptaker yang diusulkan pemerintah tersebut," kata Puan.



                                                           73
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79