Page 235 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 NOVEMBER 2020
P. 235

KAPAN OMNIBUS LAW KLUSTER KETENAGAKERJAAN BERLAKU? INI KATA
              PENGACARA HUBUNGAN INDUSTRIAL
              UU  Cipta  Kerja  telah  diteken  Presiden  Joko  Widodo  pada  2  November  2020  lalu.  Dengan
              penetapan ini apakah hubungan pekerja dan perusahaan mengacu kepada UU Cipta Kerja dan
              bukan lagi UU Ketenagakerjaan? Theodore Manurung, Managing Patner TM&P Law Office
              menyebutkan  secara  umum,  sesuai  dengan  Pasal  186  UU  Cipta  Kerja  disebutkan  beleid  ini
              langsung berlaku sejak diundangkan.

              "Yakni  sejak  2  November  2020,"  ulas  Theodore  dalam  laman  Linkedin  yang  dikutip  Senin
              (9/11/2020).

              Menurutnya, meski secara aturan telah berlaku namun dalam klaster ketenagakerjaan ini masih
              cukup banyak ketentuan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam UU Cipta Kerja.

              "Yang  mana  akan  diatur  lebih  lanjut  dalam  Peraturan  Pemerintah,  seperti  ketentuan  PKWT,
              Outsourcing  dan  lainnya.  Maka  saat  ini  masih  banyak  kekosongan  hukum  ketenagakerjaan,"
              katanya.

              Atas dasar itu, Theodore menilai UU Cipta Kerja khususnya klaster ketenagakerjaan belum dapat
              digunakan sebagai dasar hukum dalam hubungan industrial.

              "Hingga dikeluarkannya peraturan pemerintah dimaksud," katanya.

              Oleh karena itu, ia menilai dalam hubungan industrial saat ini hingga ada aturan turunan masih
              mengacu kepada UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.

              "Mau tidak mau, kita harus masih mengacu pada ketentuan hukum ketenagakerjaan yang ada
              sebelumnya," katanya.

              Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu pasal yang berbeda signifikan dan mendapat sorotan
              dalam UU Cipta Kerja adalah besaran kewajiban pesangon perusahaan.
              Syarif Yunus, Direktur Eksekutif Perhimpunan Dana Pensiun Lembaga Keuangan menyebutkan
              besaran pesangon pekerja dalam UU Cipta Kerja yang baru disahkan sebesar 19 kali ditambah
              6 kali dalam program lainnya, yakni Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

              Besaran manfaat ini berubah dari perhitungan pesangon yang menggunakan UU No. 13/2020.

              "[Pesangon  dalam  UU  Cipta  Kerja]  terdiri  dari  19  kali  upah  dan  6  kali  dari  JKP  (jaminan
              kehilangan  pekerjaan)  sehingga  menjadi  25  kali.  Hal  itu  diberikan  saat  terjadi  pemutusan
              hubungan kerja dengan masa kerja yang ditetapkan sesuai aturan," kata Syarif Yunus, Direktur
              Eksekutif Perhimpunan Dana Pensiun Lembaga Keuangan beberapa waktu lalu.

              JKP adalah program jaminan sosial yang akan dijalankan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
              Sosial  Ketenagakerjaan  (BPJS  Ketenagakerjaan).  Layanan  ini  diberikan  kepada  pekerja  yang
              berhenti kerja sebelum memasuki pensiun berupa insentif selama menganggur hingga pelatihan.

              Berikut rumus perbandingan perhitungan pesangon pekerja dalam UU No. 13/2003 dan UU Cipta
              Kerja: Pesangon dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan: Untuk masa kerja 24 tahun
              atau lebih perhitungan pesangon adalah 1.15 x (2 x 9 + 1 x 10) = 32.2 kali upah Pesangon
              dalam UU No 11/2020 tentang Cipta Kerja Koefisien 1,15 diturunkan menjadi 1.

              Sehingga dengan asumsi rumus sama maka perhitungan pesangon adalah: 1 x (2 x 9 + 1 x 10)
              = berarti 28 kali Namun jika koefisien 2 kali ini akan ditetapkan menjadi 1 sehingga perhitungan
              pesangon berdasarkan UU Cipta Kerja menjadi: 1x (1 x 9 + 1 x 10) = 19 kali Perincian uang
              pesangon UU Cipta Kerja sendiri terdiri dari: Uang Pesangon Masa kerja kurang dari 1 tahun,
                                                           234
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240