Page 397 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 AGUSTUS 2021
P. 397

KOMPAK, Menuju Masyarakat Indonesia yang Kuat dan Sejahtera atau MAHKOTA, dan Jaringan
              Organisasi Penyandang Disabilitas merampungkan studi inklusif terkait Covid-19 yang menyasar
              penyandang disabilitas.

              Studi kuantitatif tersebut dilakukan pada April 2020, melibatkan 1.683 responden dari seluruh
              Indonesia, dan dilanjutkan dengan studi kualitatif pada Juli-Agustus 2020 yang mencakup 78
              informan di tujuh wilayah yang mewakili Indonesia Timur,  Tengah, dan Barat, serta wilayah
              perkotaan dan pedesaan.

              "Selain  mampu  melindungi  masyarakat  rentan  dalam  menghadapi  krisis,  perluasan  program
              perlindungan sosial di masa pandemi Covid-19 diharapkan mampu menstimulus perekonomian
              sehingga efektif dalam mencegah kondisi krisis yang jauh lebih buruk," lanjut Maliki.

              Survei yang dilakukan Jaringan Organisasi Penyandang Disabilitas untuk respons inklusif Covid-
              19 di Indonesia di awal pandemi, yakni di April 2020, melaporkan proporsi yang signifikan, yakni
              penurunan pendapatan bagi 86 persen penyandang disabilitas yang secara umum bekerja di
              sektor informal.

              Pemberlakuan aturan untuk menjaga jarak fisik dan pembatasan aktivitas sosial selama pandemi
              membawa dampak paling besar terhadap mereka yang mengandalkan interaksi langsung dalam
              melaksanakan pekerjaan seperti terapis pijat, penata rambut, dan lain-lain.
              Lebih jauh lagi, tercatat hanya sekitar 40 persen responden yang sudah menerima setidaknya
              satu program bantuan sosial dari pemerintah, di mana hanya empat persen dari mereka yang
              menerima bantuan tunai.

              Dalam situasi krisis, perempuan lebih cenderung jatuh miskin dibandingkan laki-laki, terlebih
              karena  dalam  situasi  normal,  perempuan  mendapatkan  penghasilan  yang  cenderung  lebih
              rendah dibandingkan laki-laki. Perempuan juga lebih banyak menanggung tekanan finansial, fisik
              dan psikologis, terutama bila memiliki anak penyandang disabilitas.
              Beratnya  dampak  pandemi  Covid-19  juga  dialami  siswa  penyandang  disabilitas  yang  sejak
              sebelum pandemi menghadapi keterbatasan akses pendidikan. Peralihan metodologi pengajaran
              menjadi via daring yang terpaksa dilakukan selama pandemi, tidak selalu berhasil untuk siswa
              penyandang disabilitas.
              Temuan lain dari studi kualitatif menunjukkan cakupan program perlinsos, termasuk Bantuan
              Langsung  Tunai  yang  didanai  Dana  Desa,  mengalami  peningkatan  yang  signifikan,  jika
              dibandingkan dengan di awal pandemi.

              Kombinasi program di tingkat nasional dan daerah yang diluncurkan berdasarkan kewenangan
              wilayah telah menjangkau anggota masyarakat dari kelompok rentan yang biasanya terluput dari
              skema bantuan nasional sebagai respons pandemi Covid-19. Untuk itu, studi ini juga menyoroti
              pentingnya upaya memastikan kualitas data dan perbaikan mekanisme pendataan penyandang
              disabilitas.

              Studi ini memberikan rekomendasi pada empat area utama.

              Pertama,  akses  perlindungan  sosial  bagi  penyandang  disabilitas,  menggarisbawahi  perlunya
              mengembalikan  tingkat  manfaat  yang  memadai  dalam  pemenuhan  kebutuhan  dasar  bagi
              penyandang disabilitas dan strategi komunikasi untuk memastikan keterjangkauan informasinya.

              Kedua,  rekomendasi  akses  layanan  kesehatan  dan  rehabilitasi  bagi  semua  penyandang
              disabilitas, termasuk perluasan cakupan Jaminan Kesehatan Nasional dan peningkatan akses alat



                                                           396
   392   393   394   395   396   397   398   399   400   401   402