Page 30 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 DESEMBER 2021
P. 30

Baik  bagi  individu  muda  maupun  masyarakat  secara  keseluruhan,  seperti  pengurangan
              kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih rendah pada masa dewasa, ketergantungan lebih
              besar pada kesejahteraan, kehamilan dini, dan perilaku antisosial.

              Pengangguran pada usia muda secara eksplisit juga terkait risiko kemiskinan dan pengucilan
              sosial di kemudian hari (Papa-dakis et al., 2017).

              Pandemi Covid-19 memberikan dampak paling besar, salah satunya pada pekerja usia muda.
              Bahkan di negara berpenghasilan menengah, kehilangan pekerjaan pada kaum muda sekitar dua
              kali lipat dibandingkan orang dewasa.

              Usia muda memiliki lebih sedikit pengalaman kerja sehingga berimbas pada kedinya kesempatan
              kerja dan tingginya pengangguran pada kelompok ini.

              Krisis  ekonomi  berdampak  parah  bagi  kaum  muda  dalam  tiga  dimensi.  Pertama,  gangguan
              terhadap  pendidikan,  pelatihan,  dan  pembelajaran  berbasis  kerja.  Kedua,  meningkatnya
              kesulitan pencari kerja muda dan pendatang baru di pasar tenaga kerja.

              Ketiga,  hilangnya  pekerjaan  dan  pendapatan,  serta  memburuknya  kualitas  pekerjaan.  Kaum
              muda merupakan bagian besar dari pencari kerja. Pandemi menurunkan permintaan barang dan
              jasa sehingga permintaan tenaga kerja menurun.

              Saat  bersamaan,  kaum  muda  terkonsentrasi  di  sektor  terparah  terdampak  pandemi,  seperti
              akomodasi dan penyediaan makanan/minuman. Pekerja muda pun lebih mudah dan lebih murah
              dipecat serta kurang memperoleh perlindungan dalam pekerjaan.

              Bagi  wirausaha  muda,  mereka  rentan  terhadap  penghentian  kegiatan  ekonomi  (karena
              pembatasan  sosial  dan  sebagainya)  karena  kekurangan  sumber  daya  keuangan  untuk
              menghadapi penurunan permintaan barang/jasa.
              Wirausaha muda juga cenderung memiliki akses lebih lemah terhadap informasi dan dukungan
              dalam bisnis.

              Dengan kenyataan di atas, amat disayangkan ketika capaian pendidikan yang meningkat dan
              kualitas kesehatan yang semakin baik, berakhir menjadi pengangguran muda ataupun kaum
              rebahan yang tergolong NEET.

              Peningkatan  mutu  SDM  yang  tecermin  dalam  Indeks  Pembangunan  Manusia  (IPM)  belum
              diimbangi penyediaan lapangan kerja yang cukup dan berkualitas.

              Angkatan  kerja  yang  melimpah  merupakan  salah  satu  modal  dalam  perekonomian.  Dalam
              kaitannya dengan SDM, diperlukan optimalisasi tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan
              perubahan dinamika perekonomian serta pemanfaatan modal sosial.

              Salah satu program unggulan pemerintah dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional adalah
              pelatihan kartu Prakerja yang akan berlanjut pada 2022. Program ini bisa dipertajam penerima
              manfaatnya agar lebih tepat sasaran.

              Pada kenyataannya, peserta kartu Prakerja tahun lalu didominasi penduduk yang sudah bekerja
              dengan persentase 66,47 persen. Penerima manfaat yang berasal dari pengangguran, 22 persen
              dan berasal dari bukan angkatan kerja 11 persen.
              Untuk selanjutnya, perlu di perbesar porsi penerima manfaat kartu Prakerja yang berasal dari
              pengangguran  dan  diprioritaskan  pada  penduduk  usia  muda.  Sehingga,  program  ini  mampu
              meningkatkan jumlah penduduk bekerja di Indonesia.


                                                           29
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35