Page 23 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 FEBRUARI 2021
P. 23

Karena  itu,  dibutuhkan  pengelola  yang  berintegritas  tinggi.  Integritas  lebih  dari  sekadar
              memahami  dan  mematuhi  regulasi  yang  mengatur  investasi.  Integritas  juga  harus  tecermin
              dalam keberanian menolak tekanan dari berbagai pihak yang ingin mencari keuntungan sendiri.

              Investasi  merupakan  jantung  kehidupan  penyelenggaraan  jaminan  sosial  ketenagakerjaan.
              Kesalahan  investasi  akan  berdampak  buruk  pada  kinerja  keuangan,  yang  pada  gilirannya
              mengganggu pemenuhan hak peserta. Dalam konteks ini, tantangan berikutnya ialah menjaga
              keamanan dan stabilitas keuangan jangka panjang.

              Dari data keuangan yang ada, BP Jamsostek saat ini memiliki kemampuan untuk memenuhi
              kewajibannya  kepada  peserta.  Namun,  dalam  jangka  panjang  ada  yang  harus  diwaspadai.
              Keamanan dana harus dilihat setiap program, karena dalam regulasi yang ada tidak dibolehkan
              melakukan subsidi antarprogram. Artinya, defisit yang dialami salah satu program, tidak boleh
              ditutupi surplus program lain.

              Dari  keempat  program  yang  ada,  jaminan  hari  tua  (JHT),  dan  jaminan  pensiun  yang  perlu
              mendapat perhatian. Kedua program ini, memiliki kewajiban (liabilitas) yang harus diantisipasi
              di masa yang akan datang.

              Sejauh  ini,  kondisi  keuangan  jaminan  kecelakaan  kerja  (JKK),  dan  jaminan  kematian  (JKM)
              sangat  baik.  Dalam  periode  2016-2019,  hasil  investasi  kedua  program  ini  lebih  besar  dari
              pembayaran manfaat (klaim) per tahun.

              Pembayaran manfaat kepada peserta bisa dipenuhi dari hasil investasi. Akumulasi iuran JKK dan
              JKM  tidak  terganggu.  Bahkan,  sisa  hasil  investasi  menambah  akumulasi  dana  yang
              diinvestasikan.

              Sementara itu, hasil investasi dana JHT, sejak 2018 lebih kecil daripada pembayaran manfaat
              dan selisihnya tambah lebar tahun 2019.

              Tahun 2018, hasil investasi JHT sebesar Rp20 triliun, sedangkan pembayaran manfaat mencapai
              Rp22 triliun. Tahun 2019, hasil investasi sebesar Rp21 triliun, sedangkan pembayaran manfaat,
              mencapai Rp27 triliun. Artinya, ada dana iuran yang terpakai untuk membayar manfaat, yang
              pada gilirannya akan menekan pertumbuhan akumulasi dana yang diinvestasikan. Makin banyak
              peserta  menarik  dananya,  selisihnya  makin  lebar.  Dalam  jangka  panjang,  hal  ini  akan
              mengganggu keberlanjutan keuangan program. Perbandingan aset dan liabilitas akan negatif
              (defisit).

              Pembayaran  manfaat  JP  selama  ini  relatif  kecil.  Hasil  investasinya  jauh  lebih  besar daripada
              pembayaran manfaat per tahun. Namun, kewajiban jangka panjangnya sangat besar yang akan
              terasa ketika makin banyak peserta yang memasuki usia pensiun. Apalagi, skema pensiun yang
              dianut adalah pendanaan sebagian (partially funded).

              Kita tentu tidak menginginkan keuangan negara terbebani untuk menutupi kewajiban program
              bila  terjadi  defisit.  Karena  itu,  perlu  ada  terobosan  untuk  menghindari  terjadi  defisit  pada
              program JHT dan JP.

              Cakupan kepesertaan Selain aspek keuangan, ada beberapa tantangan lain yang akan dihadapi
              direksi  baru.  Pertama,  peningkatan  cakupan  kepesertaan.  Tantangan  ini  penting  mengingat
              tujuan pendirian BP Jamsostek, adalah untuk memberikan perlindungan kepada semua pekerja,
              baik  pekerja  penerima  upah  maupun  pekerja  bukan  penerima  upah.  Artinya,  kinerja  BP
              Jamsostek tidak hanya dilihat dari aspek keuangan, tetapi juga cakupan kepesertaan.

              Jumlah peserta BP Jamsostek terus tumbuh, dari sekitar 19,275 juta tahun 2015 menjadi 34,166
              juta  tahun  2019,  atau  meningkat  77,26%.  Namun,  masih  terdapat  penduduk  yang  masuk
              kategori pekerja yang belum dijangkau.
                                                           22
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28