Page 176 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 NOVEMBER 2020
P. 176

Setelah  UU  Cipta  Kerja  disahkan  beberapa  waktu  lalu,  pemerintah  tengah  merampungkan
              Rancangan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dan Tatacara
              Pengawasan,  yang  akan  menetapkan  Norma,  Standar,  Prosedur  dan  Kriteria  (NSPK)  dalam
              mengimplementasikan konsep perizinan berbasis risiko atau Risk Base Approach (RBA).

              RPP tentang NSPK ini merupakan peraturan pelaksanaan dari UU Cipta Kerja yang mengatur
              tentang jenis perizinan berusaha untuk kegiatan usaha di semua sektor. Pengelompokan bidang
              usaha  mengacu  kepada  Klasifikasi  Baku  Lapangan  Usaha  Indonesia  (KBLI)  tahun  2020.
              Pengaturan  dalam  RPP  ini  juga  mencakup  tentang  Kewenangan  penerbitan  perizinan  dan
              pelaksanaan pengawasan.

              "Perizinan berusaha yang berbasis risiko akan memberikan kemudahan dan kepastian, sesuai
              arahan  Bapak  Presiden  agar  segera  dilakukan  pemangkasan  Perizinan  Berusaha,
              penyederhanaan Prosedur Perizinan dan penerapan Standar Usaha. Dengan demikian, perizinan
              akan lebih mudah dan cepat, dan pengawasan akan lebih optimal," ujar Menteri Koordinator
              Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Ahad, 22 November 2020.

              Airlangga mengatakan saat ini setiap kegiatan usaha dipersyaratkan memiliki berbagai izin yang
              cukup banyak untuk melakukan kegiatan usaha, tanpa mempertimbangkan skala usaha maupun
              kompleksitas kegiatan usaha. Setiap Kementerian/Lembaga memiliki pola dan kebijakan yang
              berbeda dalam mengatur perizinan usaha di sektornya. Akibatnya, sangat banyak peraturan yang
              mengatur tentang perizinan untuk usaha.
              Tumpang tindih pengaturan antar sektor (K/L), ujar dia, memungkinkan satu kegiatan usaha
              dapat memiliki kewajiban untuk memproses izin lebih dari satu. NSPK tidak terstandardisasi baik
              dari segi persyaratan yang harus dipenuhi maupun dari jangka waktu penyelesaian serta dari
              proses penyelesaiannya baik di kementerian, lembaga maupun di pemerintah daerah.

              Sehingga,  ia  mengatakan  bahwa  implementasi  di  lapangan  bervariasi  sehingga  belum
              memberikan kepastian dalam berusaha, dan pada akhirnya pelaksanaan pengawasan kegiatan
              usaha tidak optimal dilakukan. Melalui RPP ini, Pemerintah menetapkan perizinan menggunakan
              pendekatan  berbasis  risiko  untuk  menetapkan  jenis  perizinan  berusaha  pada  seluruh  sektor
              usaha.

              Setiap  kementerian,  lembaga  dan  Pemda  menggunakan  pola  yang  sama,  yaitu  pendekatan
              berbasis risiko dalam kebijakan perizinan berusaha untuk bidang usaha. Setiap K/L melakukan
              analisis tingkat risiko dan menetapkan tingkat risiko usaha yaitu tingkat risiko Rendah, Menengah
              atau Tinggi. Dengan demikian, membuka usaha di Indonesia akan menjadi lebih mudah dan
              cepat, serta menciptakan kepastian usaha.

              "RPP  ini  akan  mengatur  tentang  norma  perizinan  berusaha  berbasis  risiko  dan  tatacara
              pengawasan yang harus dijadikan referensi oleh semua K/L dan Pemda yang sudah disiapkan
              oleh  Kemenko  Perekonomian.  Juga  mengatur  tentang  norma  pelayanan  perizinan  berusaha
              melalui sistem OSS yang disiapkan oleh BKPM, serta NSPK untuk masing-masing sektor yang
              ditetapkan oleh setiap K/L terkait," ujar Airlangga.

              Saat  ini  18  kementerian  dan  lembaga  yang  terkait  dengan  perizinan  berusaha  telah
              menyelesaikan seluruh proses analisis tingkat risiko di internal, untuk seluruh kegiatan usaha
              yang merupakan binaan masing-masing.

              Selanjutnya  menyelesaikan  NSPK  dan  Lampirannya,  yang  mengatur  seluruh  proses  bisnis
              perizinan berusaha, sehingga diharapkan semua perizinan telah diatur secara lengkap di RPP ini
              sehingga  dipandang  tidak  perlu  ada  lagi  pengaturan  norma  yang  mengikat  publik  di  tingkat
              Peraturan  Menteri  atau  aturan  di  bawahnya.  Hal  ini  menjadikan  RPP  tersebut  bagian  dari
              penyederhanaan dan mengurangi hyper regulation.

                                                           175
   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181