Page 100 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 100

tergantung dari apakah perbuatan sebagaimana yang dirumuskan dalam UU dinilai sebagai suatu
              perbuatan melawan hukum atau tidak (wederrechtelijkheid).
              Meski demikian, mengingat hukum pidana memiliki prinsip sebagai "obat terakhir" (ulti-mum
              remedium)  dan  juga  identik  dengan  sanksi  penjara,  delik  pesangon  ini  seharusnya  dapat
              dimaknai  sebagai  suatu  upaya  yang  paling  pamungkas,  yaitu  jika  seluruh  upaya  lain  sudah
              ditempuh oleh pekerja/ buruh, tetapi belum membuahkan hasil yang baik.

              Sebagai perbandingan, penulis ingin mengutip Pasal 19 Ayat 2 UU No 39/1999 tentang Hak Asasi
              Manusia, yang berbunyi, "Tidak seorang pun atas putusan pengadilan boleh dipidana penjara
              atau  kurungan  berdasarkan  atas  alasan  ketidakmampuan  untuk  memenuhi  suatu  kewajiban
              dalam peijan-jian utang piutang."

              Tentunya  ketentuan  di  atas  bukan  merupakan  batu  uji  konstitusional  atas  pengaturan  delik
              pesangon, melainkan sebagai gambaran, jika ada judicial review ke Mahkamah Konstitusi nanti,
              yaitu  apabila  Mahkamah  Konstitusi  ternyata  berpandangan  bahwa  delik  pesangon  tersebut
              diperlukan  dan  konstitusional,  penulis  berharap  adanya  tafsiran  konstitusional  bahwa  delik
              pesangon tersebut harus dimaknai sebagai last resort, atau upaya terakhir (ultimum remedium),
              yang merupakan perwujudan prinsip hukum pidana yang berlaku universal di negara-negara
              yang beradab.
























































                                                           99
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105