Page 192 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2020
P. 192
Ringkasan
Peningkatan jumlah rumah tangga miskin akan berdampak signifikan terhadap kualitas
kesehatan masyarakat, termasuk terkait upaya menekan kasus kematian ibu dan bayi, prelevansi
stunting pada baiita, hingga pencegahan penyebaran penyakit menuiar.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan banyaknya pemutusan hubungan
kerja (PHK) akibat dampak pandemi COVID-19 yang menghantam sektor riil mengakibatkan
hilangnya sumber pendapatan masyarakat sehingga membuat rumah tangga miskin meningkat.
DAMPAK PANDEMI, JUMLAH RUMAH TANGGA MISKIN MENINGKAT
Peningkatan jumlah rumah tangga miskin akan berdampak signifikan terhadap kualitas
kesehatan masyarakat, termasuk terkait upaya menekan kasus kematian ibu dan bayi, prelevansi
stunting pada baiita, hingga pencegahan penyebaran penyakit menular.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan banyaknya pemutusan hubungan
kerja (PHK) akibat dampak pandemi COVID-19 yang menghantam sektor riil mengakibatkan
hilangnya sumber pendapatan masyarakat sehingga membuat rumah tangga miskin meningkat.
"Tantangan terberat di 2021 adalah upaya pengendalian penduduk akibat bertambahnya jumlah
rumah tangga miskin," kata Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Herry Yogaswara dalam
seminar virtual di Jakarta, Selasa (22/12/2020).
Dia mengatakan target dan sasaran pencapaian Bidang Kependudukan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 akan dipengaruhi oleh kejadian
pandemi COVID-19.
"Masyarakat yang tergolong 'near poor' akan jatuh miskin," ujarnya.
Herry menuturkan pandemi COVID-19 memberikan berbagai dampak antara lain meningkatnya
beban pengangguran, PHK tenaga kerja muda meningkat, rumah tangga miskin bertambah, dan
meningkatnya tenaga kerja di sektor informal.
Herry menuturkan meningkatnya jumlah rumah tangga miskin akan berdampak signifikan
terhadap kualitas kesehatan masyarakat, termasuk terkait upaya menekan kasus kematian ibu
dan bayi, prelevansi stunting pada balita, hingga pencegahan penyebaran penyakit menular.
"Itu tentu berlawanan dengan target capaian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah
Nasional (RPJPMN) 2020-2024 Bidang Kependudukan yang didasarkan skenario kehidupan yang
normal tanpa situasi bencana pandemi," katanya.
Sebagai contoh target Total Fertility Rate (TFR) 2024 sebesar 2,10; Angka kematian Ibu (AKI)
183/100,000; dan Angka Kematian bayi (AKB) 15/1000. "Penduduk perkotaan khususnya
kawasan kumuh padat dan kumuh miskin mempunyai risiko lebih tinggi," tuturnya.
Selain itu, Herry menuturkan dampak dari merebaknya kasus PHK berpengaruh terhadap capaian
indikator ketenagakerjaan Indonesia, khususnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Oleh
karena itu, dia menuturkah perlu ada penurunan target pengangguran terbuka karena banyak
yang kehilangan pekerjaan, dan pemulihan ekonomi tampaknya berjalan cukup panjang.
Daya Beli Tergerus
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso
Monoarfa menyebutkan daya beli masyarakat Indonesia masih akan tertekan pada 2021 seiring
191