Page 298 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 298

"Ketika RUU tanggal 5 diketok, Pak Airlangga menelepon presiden PKS yang lama, Pak Sohibul
              Iman. Tapi setelah dari itu tidak ada tindak lanjut apa-apa. Kan tidak memengaruhi putusan kan?
              Putusan sudah diambil serta merta," ungkapnya.

              UU Ciptaker ini juga dinilai cacat prosedur bagi fraksi Partai Demokrat. Mereka melihat proses
              pembahasan hal-hal krusial dalam RUU Ciptaker ini kurang transparan dan akuntabel. Salah satu
              poin  dalam  RUU  Cipta  Kerja  yang  menyita  perhatian  publik  yakni  terkait  dengan  klaster
              ketenagakerjaan.

              Dua isu di klaster ini yang mendapatkan penolakan buruh, yakni ketentuan terkait upah dan
              pemutusan  hubungan  kerja.  Alotnya  pembahasan  klaster  ini  membuat  pembahasannya
              dilakukan paling akhir. Tak hanya itu pembahasan bahkan dilakukan di luar kompleks DPR.

              Terkait rapat di luar DPR, Baidowi menyebut kala itu gedung parlemen tengah perbaikan instalasi
              listrik sejak Sabtu, 26 September 2020. Sehingga rapat membahas Omnibus Law dilakukan di
              hotel sampai 28 September 2020.
              Pimpinan Baleg, jelas dia, mendapatkan surat dari sekretariat DPR yang menyampaikan bahwa
              akan dilakukan pemadaman listrik pada akhir pekan lalu. Karena tidak diketahui sampai kapan,
              disepakati untuk mengagendakan rapat di luar DPR. "Kita kan khawatir kalau ternyata perbaikan
              instalasi sampai hari ini misalkan kita juga tidak bisa memberikan kepastian, sehingga untuk
              memaksimalkan waktu yang ada kita melakukan rapat di luar," kata dia.

              Dalam rapat-rapat tersebut, sebenarnya sudah disepakati skema pesangon tetap 32 kali upah,
              Hanya  saja  tidak  semuanya  ditanggung  pengusaha.  Adapun  beban  pesangon  dibagi  antara
              pemerintah dan pelaku usaha. Pemerintah akan menanggung 9 kali upah sementara pengusaha
              akan menanggung 23 kali.

              Kesepakatan tersebut kemudian berubah jelang pengesahan RUU Cipta Kerja. Tak hanya terkait
              ketentuan upah minimum kabupaten/kota, pemerintah juga mengubah soal ketentuan pesangon
              menjadi maksimal 25 kali gaji. Staf Khusus Kemenko Perekonomian Elen Setiadi menjelaskan,
              menilik kondisi saat ini, maka skema tersebut dihitung ulang. Melalui hal tersebut, pemerintah
              ingin adanya kepastian bahwa buruh dan pekerja atau buruh mendapatkan hak-hak sebagai
              akibat PHK.

              "Sehingga pelaku usaha atau pemberi kerja maksimal 19 kali ditambah 6 kali jaminan kehilangan
              pekerjaan yang pengelolaannya oleh pemerintah," ujar Elen.

              Pembahasan RUU Cipta Kerja memang menuai pro dan kontra. Masyarakat hingga wakil rakyat
              di  Senayan  terbagi  dalam  dua  kutub.  Ada  pihak  yang  mendukung  dan  mendorong
              pembahasannya. Ada pula yang menyampaikan kritik serta menolak. Di DPR, ada dua fraksi,
              PKS dan Demokrat yang tak setuju.

              Sejak awal, pembahasan RUU ini berlangsung alot. Selain karena muatannya yang tidak dapat
              diterima sejumlah pihak, pembahasannya yang berlangsung di tengah pandemi Covid-19 juga
              menjadi  sorotan.  Pihak-pihak  yang  menolak,  mendesak  DPR  agar  fokus  saja  pada  upaya
              penanganan Covid-19.


              Sementara  bagi  pihak  mendorong  pembahasan  omnibus  law  itu,  pembahasan  harus  terus
              berjalan. Sebab penanganan Covid-19 sudah ada yang mengatur sehingga fungsi legislasi DPR
              harus tetap jalan.

              Ada sekitar 74 pasal utama, dengan 1.300an pasal turunan, dan puluhan UU yang terdampak
              dibahas  dalam  omnibus  law.  Kondisi  ini  banyak  disayangkan.  Sebab  perumusan  kebijakan
              strategis yang mencakup seluruh aspek seharusnya dilakukan dengan lebih tenang, terbuka,
              serta melibatkan seluruh stakeholder. [ang]
                                                           297
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303