Page 56 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 56

sering kali disebutkan oleh para menteri dan para pebisnis ketika mereka membicarakan UU
              Cipta Kerja. Kalimat yang abstrak, jauh dari tanah.
              Beda rasa bahasanya dengan kalimat yang kerap diucapkan kelompok pekerja, buruh, karyawan
              saat membahas beleid setebal 1.035 lembar ini. Mereka mereka ini lebih sering bersuara hal
              yang  riil,  dekat  dengan  kehidupan  sehari-hari,  terutama  dekat  dengan  risiko  kerja  mereka:
              "Upah", "Hak cuti", "Libur", "Cuti melahirkan", "Cuti haid", "Pesangon", "PHK", dan lainnya

              Pemerintah  mengatakan,  UU  Cipta  Kerja  diperlukan  untuk  memuluskan  investasi  pada  masa
              mendatang. Kalau ini disampaikan tanpa ada pagebluk Covid-19, publik pasti relatif menerima
              dengan baik. Namun, dalam kondisi seperti ini, publik pasti mengernyitkan dahi. Pagebluk Covid-
              19 masih terus meluas, malah belum ada tren penurunan di Indonesia, belum juga ditemukan
              obatnya, serta ketiadaan vaksin, itu investasi oleh siapa?

              Ya, ini pertanyaan yang logis. Tidak ada yang tahu kapan pagebluk ini akan berakhir. Yangada
              adalah prediksi. Ini yang selalu diulang oleh para menteri dan pejabat terkait. Prediksi tahun
              depan ekonomi akan pulih, prediksi daya beli akan kembali, prediksi investasi akan mengalir
              deras, prediksi akan ada belasan investor siap masuk ke Indonesia, dan lainnya.

              Benarkah pebisnis lokal ataupun global bersiap masuk pada masa pagebluk ini? Melihat data-
              data perekonomian, seperti pengucuran kredit perbankan, rencana investasi, survei konsumen,
              ataupun survei kondisi perekonomian, rasanya belum. Semua sedang menunggu kapan pagebluk
              ini reda.

              Benarkah pebisnis bersiap investasi tahun depan? Tentu kita berharap demikian. Tapi tunggu
              dulu. Proyeksi bisnis tahun depan adalah gambaran sejauh mana tahun ini berjalan usahanya.
              Kelompok bisnis sepanjang tahun ini kita tahu menjerit meminta pertolongan kepada pemerintah
              agar usaha mereka bisa bertahan.

              Bertahan dari keharusan membayar kredit usaha, merestrukturisasi, bertahan membayar gaji
              karyawan sementara omzet menurun, bertahan terhadap rendahnya daya beli. Bertahan dari
              pajak-pajak dan pungutan-pungutan.

              Artinya apa? Tahun depan, kemungkinan kecil pebisnis bisa langsung tancap gas. Yang harus
              mereka lakukan pertama kali adalah memulihkan situasi usahanya dulu. Berbenah dari berbagai
              tagihan dan kewajiban. Ini pun dengan satu syarat: Situasi pagebluk Covid-19 mereda. Kalau
              tidak? Ya, malah terjadi sebaliknya. Bisnis ambruk.

              UU Cipta Kerja sudah disahkan. Polemik pasti belum akan selesai. Sebab, naskah final UU baru
              saja dibuka oleh DPR untuk kemudian dikaji kembali oleh berbagai pihak. Belum lagi akan ada
              uji materi UU di Mahkamah Konstitusi. Proses bisa memakan waktu berbulan-bulan.

              Jelas sekali implementasi UU ini di lapangan belum akan terwujud dalam waktu dekat. Dengan
              realitas  seperti  ini,  pertanyaan  pada  awal  di  atas  masih  layak  ldta  renungkan,  untuk  siapa
              sebenarnya ribuan peraturan ini?
















                                                           55
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61