Page 51 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 51

"Iya, itu yang dibahas terakhir yang surat 1.035 (halaman). Itu yang terakhir dibahas sampai
              kemarin," katanya kepada wartawan melalui pesan singkat, Senin (12/10/2020).
              Menurut Indra, draf UU Cipta Kerja yang berisi 905 halaman memang merupakan yang dibahas
              dalam rapat paripurna pada Senin (5/10/2020) lalu. Menurut dia, draf tersebut merupakan basis
              yang formatnya belum dirapikan. Draf UU sapu jagat itu kemudian bertambah menjadi 1.035
              halaman setelah dirapikan dan diperbaiki terhadap kata-kata yang salah ketik. "Kemarin kan
              spasinya belum rata semua, hurufnya segala macam. Nah, sekarang sudah dirapikan," ucapnya.

              Meskipun demikian adanya, Indra memastikan bahwa tidak ada perubahan substansi UU Cipta
              Kerja dalam draf yang bertambah 130 halaman tersebut. "Enggak ada. Itu hanya (perbaikan)
              typo dan format. Kan format dirapikan, jadinya spasi-spasinya terdorong semua halamannya,"
              ucapnya.

              Ia mengatakan, draf yang berjumlah 1.035 halaman dan memuat kolom untuk ditandatangani
              Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin itu bakal dikirim ke Presiden Joko Widodo. Rencananya, draf
              tersebut  akan  dikirimkan  pada  Rabu  (14/10/2020)  mendatang  karena  harus  terlebih  dahulu
              dirapikan lagi.

              "Jadi, yang disebut tujuh hari adalah tujuh hari kerja. Nah, tujuh hari kerja itu adalah hari Rabu,
              Sabtu (dan) Minggu enggak dihitung. Nah, yang disebut di dalam UU itu tujuh hari kerja mulai
              Rabu, bukan hari ini," ucapnya.

              Tepis tuduhan

              Pernyataan  Presiden  Joko  Widodo  mengenai  pedemo  adalah  korban  hoaks  ditepis  oleh
              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Presiden KSPI Said Iqbal menyebut, apa yang
              diprotes buruh tentang omnibus law, terutama klaster ketenagakerjaan, valid adanya.

              Dalam  konferensi  pers  virtual,  Senin  (12/10/2020),  Iqbal  mengungkapkan  bahwa  pihaknya
              memastikan data yang diterima valid karena elemen buruh ikut perumusan UU tersebut. Ada
              tangkapan layar kesepakatan antara wakil pemerintah yang mereka terima dan dapat dijadikan
              bukti.

              Begitu pula tuntutan yang disebarkan buruh, seperti tentang pesangon hingga status karyawan,
              memang benar dibahas dalam UU sapu jagat tersebut. Dengan demikian, kata Iqbal, tidak ada
              alasan pemerintah menuding masyarakat, terutama buruh, telah menyebarkan hoaks ataupun
              dis informasi.

              "Begitu pula dari sosmed yang beredar. Ini butuh verifikasi, m akan ya kami telefon Panja Baleg.
              Ini benar enggak nih, oh ya benar ini dibahas. Sumber itulah yang kami jadikan dasar," katanya.

              Iqbal lantas mempertanyakan dewan yang hingga kini masih beium memiliki salinan asli RUU
              Cipta Kerja. Kondisi ini membuat pemerintah tidak bisa memaksa masyarakat untuk mempelajari
              omnibus law tersebut. "Karena menteri bilang, apanya yang dibaca, 905 halaman diubah jadi
              1.305  halaman.  Rakyat  dibodohi  retorika.  Rakyat  diminta  baca,  tapi  keputusan  Panja  Baleg
              mengesahkan kertas kosong. Memalukan dan berbahaya sekali," ucapnya.

              Ia pun menegaskan, pihaknya akan menempuh sejumlah langkah, salah satunya uji materi ke
              Mahkamah  Konstitusi.  Namun,  sebelum  mengajukan  uji  materi,  pihaknya  akan  menganalisis
              terlebih dahulu langkah hukum yang dapat ditempuh.

              Dalam keterangannya, Iqbal juga mempertanyakan tentang perlindungan bagi karyawan kontrak
              yang terancam berstatus kontrak seumur hidup, dana Jaminan Kehilangan Pekerjaan, dan uang
              pesangon buruh yang diputus hubungan kerja.


                                                           50
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56