Page 124 - E-BOOK SEJARAH DAN BUDAYA INDONESIA
P. 124

Jawa dan Kalimantan. Selain asal usul tersebut, konon penyebaran bangsa Melayu juga didukung
               oleh  adanya  prasasti  Keping  Tembaga  Laguna  yang  menyatakan  jika  pedagang  Melayu  telah
               melakukan  perdagangan  di  wilayah  Asia  Tenggara  dan  ikut  serta  menyebarkan  kebudayaan
               Melayu. Dikarenakan hal tersebut, bahasa Melayu pun lama kelamaan menjadi bahasa yang paling
               banyak digunakan menggantikan bahasa Sanksekerta. Masa keemasan Kerajaan Sriwijaya juga
               dinilai sebagai masa emas peradaban Melayu terutama di Nusantara. Bahkan, peradaban Melayu
               tersebut masih terus berlanjut hingga era Kerajaan Dharmasraya dan Kesultanan Malaka di abad
               14.

                       Masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-12, diserap baik-baik oleh masyarakat
               Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak
               pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan
               Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, Kesultanan Langkat, Kesultanan
               Deli, dan Kesultanan Siak, bahkan kerajaan Karo Aru pun memiliki raja dengan gelar Melayu.
               Kedatangan Eropa telah menyebabkan orang Melayu tersebar ke seluruh Nusantara, Sri Lanka,
               dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka banyak memiliki kedudukan dalam suatu kerajaan,
               seperti  syahbandar,  ulama,  dan  hakim.  Di  Indonesia,  jumlah  Suku  Melayu  sekitar  3,4%  dari
               seluruh populasi,  yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau,
               Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Dalam buku Sejarah Melayu
               disebut bahwa Melayu adalah nama sungai di Sumatera Selatan yang mengalir disekitar bukit Si
               Guntang dekat Palembang. Si Guntang merupakan tempat pemunculan pertama tiga orang raja
               yang datang ke alam Melayu. Mereka adalah asal dari keturunan raja-raja Melayu di Palembang
               (Singapura, Malaka dan Johor), Minangkabau dan Tanjung Pura. Pada waktu itu sebutan Melayu
               merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang Sumatera pilihan. Seiring dengan berjalannya
               waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai ditinggalkan.

               ETIMOLOGI

                       Klaudius  Ptolemaeus (90–68  M)  dalam  karyanya Geographia mencatat  sebuah  tanjung
               di Aurea Chersonesus (Semenanjung Melayu) yang bernama Maleu-kolon, yang diyakini berasal
               dari Bahasa  Sanskerta, malayakolam atau malaikurram.  [21]  Berdasarkan  G.  E.  Gerini, Maleu-
               Kolon saat ini merujuk pada Tanjung Kuantan atau Tanjung Penyabung di Semenanjung Malaya.
               Orang Gunung

                       Pada  Bab  48  teks  agama Hindu Vuya  Purana  yang  berbahasa  Sanskerta,
               kata Malayadvipa merujuk kepada sebuah provinsi di pulau yang kaya emas dan perak. Di sana
               berdiri  bukit  yang  disebut  dengan Malaya yang  artinya  sebuah  gunung  besar  (Mahamalaya).
               Meskipun     begitu    banyak    sarjana   Barat,    antara   lain   Sir   Roland     Braddell
               menyamakan Malayadvipa dengan Sumatra.     [22]  Sedangkan para sarjana India percaya bahwa itu
               merujuk pada beberapa gunung di Semenanjung Malaya.






                                                                                                         124
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129