Page 17 - e-modul bab 12 PAI
P. 17

Azyumardi Azra (2006) dengan sangat indah melalui pernyataannya
                   berikut ini, “Indonesian Islam is very rich, not only in terms of its
                   culture and social expressions, but also in terms of institutions.”

                          Dalam  lintasan  sejarah  bangsa  ini  sejak  merdeka,  Indonesia
                   bukan  negara  “teokrasi”  (ketuhanan  atau  agama),  dan  juga  bukan
                   negara “sekuler”. Indonesia adalah negara yang memiliki jalan hidup
                   (way  of  life)  yang  tertuang  dalam  konsepsi  Pancasila.  Karena  itu,
                   Pancasila dapat diterima oleh organisasi-organisasi dan partai-partai
                   politik tersebut. Mereka tidak menghendaki bentuk Indonesia sebagai
                   negara Islam, tetapi mereka menginginkan bentuk negara kesatuan,
                   untuk  selanjutnya  berjuang  agar  umat  Islam  dapat  menjalankan
                   syariat Islam secara simultan.

                          Partai-partai politik di Indonesia yang berwawasan keislaman,
                   seperti: PKS, PAN, PKB, PPP, PKNU, PBR, PBB, dan lain-lain, tidak
                   memperjuangkan  atau  berusaha  mendirikan  negara  Islam  di
                   Indonesia.  Tetapi  mereka  berjuang  dan  berusaha  mewujudkan
                   pemerintahan  yang  bersih,  berwibawa,  dan  “pro  rakyat”,  serta
                   berjihad bagi berlakunya syariat Islam di lingkungan umat Islam di
                   Indonesia.  Bahkan  dari  segi  keanggotaan,  sejumlah  partai  Islam  di
                   Indonesia menggunakan “azas terbuka” terhadap keanggotaan partai

                   tersebut. Dalam arti, walaupun partai Islam namun anggota bahkan
                   pengurus atau wakilnya di parlemen dapat datang dari kalangtan non
                   Muslim.  Di  sini  tampak  jelas  moderatisme  partai-partai  Islam  di
                   Indonesia.
                          Dengan demikian, radikalisme umat Islam di Indonesia bukan
                   bersumber  dari  budaya  asli  umat  Islam  di  Indonesia,  sebab  pada
                   dasarnya  mereka  adalah  komunitas  yang  moderat.  Hal  itu  terjadi
                   lebih  karena  pengaruh  asing.  Maraknya  konspirasi  politik  dan
                   kepentingan pragmatis dari pihak tertentu, baik dari dalam maupun

                   luar  negeri,  berpotensi  untuk  merusak  citra  Islam  dan  citra  umat
                   Islam  di  Indonesia,  yang  merupakan  negara  berpenduduk  Muslim
                   terbesar  di  dunia.  Mereka  tidak  menginginkan  terwujudnya
                   masyarakat  Islam  di  Indonesia  yang  gemah  ripah  loh  jinawi,  yang
                   dalam terminologi al-Qur‟an seringkali diistilahkan dengan baldatun
                   thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang sejahtera dan dirahmati
                   Tuhannya).








                                                           16
   12   13   14   15   16   17   18   19