Page 95 - Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan by Muri Yusuf (z-lib.org)
P. 95
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
tujuan, variabel, dan aspek-aspek yang ingin diukur melalui penelitian di tempat lain.
Justru karena itu tes tersebut perlu diadaptasi, dan norma yang digunakan perlu di-
kaji ulang dengan baik, sehingga sesuai dengan kondisi yang diharapkan.Di samping
itu, perlu pula mendapat perhatian bahwa untuk menggunakan suatu tes standar
diprasyaratkan kemampuan tertentu yang dibuktikan oleh kewenangan yang dimiliki
seseorang. Ini berarti tidak semua orang dapat menggunakan suatu tes yang baku,
kecuali kalau ia telah mempunyai kewenangan untuk itu. Dalam kondisi seperti itu,
peneliti dapat menggunakan orang lain yang berwewenang untuk tes tersebut dan
menerima hasil yang sudah diolahnya sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Seandainya peneliti akan menggunakan tes yang dibuat sendiri, maka yang
bersangkutan sangat perlu mempersiapkan diri dengan baik. Ia harus menghayati
benar-benar “bagaimana cara menyusun tes yang baik.” Ia harus memahami dan
menguasai aspek-aspek yang akan diteliti, ia harus mengetahui dan mampu menyu-
sun tes yang baik. Ini berarti peneliti mampu merumuskan dengan baik: (1) kisi-kisi
suatu tes yang baik; (2) mampu membuat tes; (3) mampu melakukan uji coba dan
mengolah hasilnya; serta (4) mampu mengadministrasikan dengan baik tes yang
telah disusun.
B. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
1. Validitas
Sebelum peneliti menggunakan instrumen yang telah disusun untuk pengum-
pulan data, peneliti harus yakin apakah instrumen itu valid? Betulkah akan meng-
ukur konstruk, aspek, atau perilaku yang ingin diukur? Anastasi menyatakan: “The
validity of a test concern what do test measure and how well it does so,” sedangkan
Adkin menyatakan pula: The validity of a test concern how well a test measures an ex-
ternal criterion (p. 131). Pendapat yang hampir bersamaan dengan itu, dikemukakan
pula oleh Nachmias: validity is concerned with the question: Is one measuring what
one thinks one is measuring? (Nachmias, p. 40). Beberapa pendapat itu menunjuk-
kan bahwa validitas suatu instrumen yaitu seberapa jauh instrument itu benar-benar
mengukur apa (objek) yang hendak diukur. Umpama: apabila seseorang ingin meng-
ukur kemampuan mahasiswa dalam ilmu pemerintahan, maka materi yang diujikan
a hendaklah terfokus pada meteri ilmu pemerintahan. Jangan terjadi salah arah dengan
k
a
t
s memberikan sebanyak mungkin istilah asing, sehingga berubah menjadi ujian bahasa
u
p
a
i asing bukan ilmu pemerintahan.
s
e
n Makin tinggi validitas suatu instrumen, makin baik instrumen itu untuk digu-
o
d
n
i nakan. Tetapi perlu diingat bahwa validitas alat ukur itu tidaklah dapat dilepaskan
/
m
o dari kelompok yang dikenai instrumen itu karena berlakunya validitas tersebut hanya
c
.