Page 32 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 32

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                dibanggakan  sebagai  “era  pembangunan”.  Ketiga,  dari  dua  belas
                tokoh yang ditampilkan – Ki Hadjar Dewantara , Mohammad Sjafei,
                Mohammad  Yamin  dan  Mohammad  Natsir,  di  samping  Widjojo
                Nitisastro—pernah  dipercaya  sebagai  anggota  kabinet  R.I.  Tetapi
                hanya Natsir, mantan Menteri Penerangan di masa Revolusi, sempat
                menjadi Perdana Menteri ketika Indonesia kembali menjadi “negara
                kesatuan”.  Sedangkan  tokoh    yang  lain,  kecuali  Widjojo,  pernah
                menjadi  menteri  atau  wakil  menteri  pendidikan  dan  kebudayaan.
                Tetapi  dua yang pertama menjabat kedudukan yang terhormat itu
                ketika revolusi nasional sedang berkecamuk, jadi tidak banyak yang
                bisa mereka kerjakan.  Salah satu peninggalan Yamin sebagai menteri
                ialah didirikannya apa yang waktu itu disebut PTPG (Perguruan Tinggi
                Pendidikan Guru—kemudian menjadi IKIP dan akhirnya Universitas)
                di beberapa kota. Tetapi, bagaimanapun juga, dalam sejarah nasional
                nama Yamin tidak tercatat sebagai tokoh pendidikan. Ia lebih diingat
                sebagai penyair soneta, tokoh pergerakan kebangsaan (salah seorang
                anggota  Panitia  Sembilan—perumus  Pembukaan  UUD)  dan  politik
                dan   ahli konstitusi. Keempat dari kedua belas nama-nama ini dua
                orang—Rahmah  el  Junusiyah  dan  Mubyarto--boleh  dikatakan  tidak
                terlibat secara  langsung, meskipun tidak pula bisa dikatakan absen,
                dalam  gejolak  politik  nasional.  Mereka  berkecimpung  dalam  dunia
                pendidikan. Hanya saja tidak bisa dilupakan adalah fakta historis yang
                keras—Rahmah adalah pelopor pendidikan Islam modern bagi kaum
                wanita.  Akhirnya,    kelima,  tidak  salah  kalau  diingatkan  juga  bahwa
                “jabatan resmi” dari  empat orang mereka—Takdir, Yamin, Widjojo
                dan Mubiyarto—adalah  guru besar di universitas masing-masing.

                        Tetapi  bagaimanakah  halnya  dengan  perhatian  utama
                mereka?  Kalau  hanya  dilihat  dari  sudut  etnisitas  Abdul  Rivai  sama
                saja dengan Natsir, keduanya berasal  dari Minangkabau, tetapi baik
                usia–Rivai  telah  menjadi  tokoh  terkenal  ketika  Natsir  masih
                bersekolah—dan  pengalaman  pendidikan  berbeda-beda—Rivai
                bersekolah  di  Eropa,  sedangkan  Natsir  tamatan  AMS  Bandung.
                Demikian  juga  kalau  dibandingkan  Tjokroaminoto  dengan  Natsir.
                Keduanya hasil pendidikan Barat tetapi sangat mendalami ajaran dan




                22
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37