Page 31 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 31

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA




                menjadi  ukuran    tetapi    hasrat  ideal  untuk  membawa  bangsa  ke
                pantai harapan yang diidamkan.

                        Begitulah setelah mempelajari pengalaman yang telah dilalui
                bangsa  dan  tidak  pula  jarang  ditambah  dengan  pengetahuan  yang
                didapat  dari  pengalaman  bangsa  asing—para  pemikir  bangsa    ini
                “membuat  skenario”  menuju  masa  depan  yang  dicita-citakan
                bersama.  Berbagai  corak  dan  ragam  peristiwa  telah  dilalui  bangsa,
                baik oleh mereka yang  tinggal ”di sana”, maupun yang  dilahirkan
                dan  dibesarkan  “di  sini”.  Ada  “tragedi”  yang    terjadi  di  saat
                perjuangan  untuk  menuju  masa  depan  cerah  sedang  dijalankan.
                Tetapi bukankah terjadi juga  “komedi” yang memperlihatkan betapa
                kenaifan  ketika    jembatan  menuju  masa  depan  yang  cerah  sedang
                dilalui?

                        Sebagai  buku  yang  berkisah  tentang  dinamika  dan  bahkan
                juga  gejolak  dari  arus  pemikiran  anak    bangsa  buku  ini  mengambil
                empat  masalah  yang  strategis  dalam  usaha  merumuskan  dan
                memperjuangkan    corak  “karakter  bangsa”  yang  ideal.  Masalah  itu
                ialah  “demokrasi”,  “kebudayaan”,    “pendidikan”,  serta  “
                pembangunan dan kesejahteraan sosial”. Setiap masalah “dijawab”
                oleh  tiga  orang  pemikir,  yang  praktis  mewakili  latar  belakang
                pendidikan    bahkan  pengalaman  kultural  yang  boleh  dikatakan
                berbeda-beda.  Perbedaan  pertama  ialah  biografis  –  tiga  tokoh
                pemikir—Abdul  Rivai,  Tjokroaminoto  dan  Sutomo—telah  meninggal
                dunia  ketika  Indonesia  memproklamasikan  kemerdekaan  dan
                berbagai  corak  dinamika  dalam  kehidupan  kemasyarakatan
                mengalami  goncangan  yang  drastis  juga.  Kesamaan  mereka  yang
                lain—ketiganya  dikenal  juga  sebagai  pemimpin  pergerakan
                kebangsaan,  meskipun  dikenal  dengan  gaya  dan  bahkan  ideologi
                politik  yang  berbeda-beda.  Kedua,  tiga  tokoh  pemikir  lain—
                Soedjatmoko,  Widjojo  Nitisastro  dan  Mubyarto—bukan  saja  hidup
                sezaman tetapi juga sama-sama terlibat dalam suasana perdebatan
                intelektual  tentang  strategi  pembangunan  nasional    ketika  regim
                Demokrasi  Terpimpin  telah  berakhir  dan  Orde  Baru  telah  mulai
                mengayunkan  langkah  ke    periode  sejarah  bangsa    yang  sempat



                                                                                  21
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36