Page 26 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 26

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                semakin  panas  setelah  keluar  pernyataan  keras  dari  Sutan  Takdir
                Alisyahbana,  yang lebih dikenal sebagai penyair dan novelis, bahwa
                “kebudayaan  pre-Indonesia  telah  mati  semati-matinya”.  Maka
                begitulah  polemik  kebudayaan,  yang  terjadi  ketika  para  pemimpin
                terkemuka  dari  pergerakan  kebangsaan    telah  berada  di  daerah
                pengasingan,  bukan  saja  telah  memancing  keikutsertaan  para
                pemikir, ilmuwan, tetapi juga kaum pergerakan moderat.



                Wacana “Karakter Bangsa” dalam Dinamika Sejarah
                        Meskipun memakaikan pendekatan yang berbeda-beda tetapi
                ketiga  buku  yang  telah  diterbitkan  tentang  “sejarah  pemikiran
                Indonesia  modern”  pada  dasarnya    bertolak  dari  pertanyaan  yang
                sama—“Apakah yang terpikirkan dan terimpikan serta diperdebatkan
                masyarakat-bangsa  ketika  perubahan  dalam  realitas  kehidupan
                sosial-politik  dan    kecenderungan  kultural  sedang  terjadi?
                Bagaimanakah  realitas  yang  telah  mengalir  itu    bisa  dipahami  dan
                diatur  sesuai  dengan  cita-cita  dan  harapan?”  Maka  berbagai
                pendapat pun diajukan dan perdebatan tentang pemahaman sejarah,
                struktur  kekinian  dan  harapan  masa  depan  dan  bahkan  landasan
                ideologi  pun  tidak  selamanya  bisa  terelakkan.  Setelah  melalui
                revolusi  nasional  (1945-1950)  akhirnya    kemerdekaan  bangsa
                mendapat  pengakuan  dunia  internasional.  Sebuah  Republik
                kebangsaan yang mencakup seluruh persada tanah air—“dari Barat
                sampai  ke  Timur,  berjajar  pulau-pulau.  Sambung-menyambung
                menjadi  satu.  Itulah  Indonesia”  kata  lirik  sebuah  lagu--kini  telah
                terwujud.  Tetapi  perbedaan  pendapat  dan  impian  tentang    masa
                depan  yang  diinginkan  seperti  terjadi  begitu  saja.  Bahkan  dalam
                suasana  ini  pula  pergumulan  kekuasaan  sesama  anak  bangsa  tidak
                pula selamanya bisa terelakkan.

                         Ketika  langkah  sedang  diayunkan  untuk  mendapatkan
                tatanan sosial dan politik yang diidamkan bersama telah direnungkan
                maka    bagaimanakah  berbagai  corak  konflik  internal  dan  bahkan
                tragedi  yang  pernah  melanda  kehidupan  bangsa  bisa  terlupakan?




                16
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31