Page 22 - Tere Liye - Bumi
P. 22

TereLiye “Bumi”   19




                  menutup mata. Suara guntur terdengar membahana, panjang dan suram.

                  Hujan deras mulai disertai angin kencang, membuat bendera di lapangan
                  sekolah berkelepak  laksana hendak robek. Tubuhku segera menghilang
                  sempurna saat telapak tanganku menutupi wajah.

                         Ali melangkah di lorong. Aku melihatnya dari sela jari,
                  mem­per­hatikan wajahnya yang tidak peduli menatap sekitar  mung­kin
                  sedang mencariku. Ali menyeka rambutnya yang berantakan. Dia
                  mengomel sendirian, melintasiku. ”Dasar guru sok galak. Tidak tahu apa,
                  tambah keriting saja rambutnya setiap kali dia marah­marah.” Aku
                  menahan tawa melihat tampang sebal anak lelaki itu. Aku hendak iseng
                  menambahi kesalnya dengan mengait kakinya.


                         ”Halo, Gadis Kecil.”

                         Suara dingin itu lebih dulu mengagetkanku. Petir menyambar
                  terang sekali. Sosok tinggi kurus itu  entah dari mana datangnya telah
                  berdiri di depanku. Matanya menatap memesona.















































                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27