Page 25 - Tere Liye - Bumi
P. 25
TereLiye “Bumi” 22
”Siapa yang berbohong!” aku berseru ketus sebenarnya separuh
suaraku terdengar cemas.
”Ali! Ra!” Suara tegas Miss Keriting menyelamatkanku.
Kami serempak menoleh.
”Suara percakapan superpenting kalian mengganggu pelajaran.”
Miss Keriting melotot, berdiri di bawah bingkai pintu kelas, tangannya
memegang penggaris kayu panjang. ”Sekali lagi kalian bercakapcakap
terlalu kencang, Ibu kirim kalian ke ruang BP, dan semoga ada yang
menyelamatkan kalian dari pemanggilan orangtua ke sekolah.”
Mulut Ali yang hendak mencecarku dengan banyak pertanyaan
terpaksa bungkam. Dia menunduk, mengusapusap rambutnya yang
berantakan. Aku juga menunduk.
”Benarbenar brilian. Sudah tidak membuat PR, berteriakteriak
pula di lorong kelas. Pasangan paling serasi pagi ini.” Miss Keriting
kembali masuk setelah memastikan kami diam beberapa detik. Teman
teman sekelas yang ikut melihat ke luar tertawa ramai, lalu diam kembali
saat Miss Keriting menunjuk papan tulis.
Suara Miss Keriting terdengar samar di antara suara hujan deras
yang mengguyur sekolah. Aku masih penasaran siapa sosok tinggi kurus
yang tibatiba muncul di depanku tadi. Aku memeriksa sekitar, berusaha
mengabaikan Ali yang terus menatapku. Tidak ada. Sosok itu benarbenar
sudah pergi.
Mungkin aku bisa purapura ke toilet sebentar, meninggalkan Ali,
menutup wajah di sana, lantas berjalan kembali ke lorong lantai dua.
Dengan begitu aku bisa mencari sosok tinggi kurus itu, sekaligus juga
bisa menghilang dari si biang kerok ini. Tetapi itu ide buruk. Ali yang
penasaran, bahkan sangat penasaran, pasti akan mengikuti ke mana
pun aku pergi, dan dia bisa mengacaukan banyak hal. Miss Keriting,
dengan kejadian ribut barusan, bisa kapan pun memeriksa lorong lantai
dua lagi, memastikan kami patuh pada hukumannya.
Aku mendongak, menatap siluet petir yang kembali menyambar.
Suara guntur bergemuruh. Sepertinya pagi ini aku benarbenar akan
http://pustaka-indo.blogspot.com