Page 227 - Tere Liye - Bumi
P. 227
TereLiye “Bumi” 224
Av duduk, meraih tangan Ali, mengusap telapak tangan anak itu
perlahan, lalu tersenyum. ”Kalau saja situasinya lebih baik, dengan
senang hati aku akan menawarkan seluruh isi perpustakaan ini untuk
dipelajari seseorang yang amat brilian. Kamu Makhluk Tanah yang
spesial. Meskipun klan kalian tidak ada yang memiliki kekuatan seperti
penduduk dunia lain, boleh jadi kemampuan kalian belajar adalah
kekuatan itu sendiri. Atau entahlah, mungkin ada bentuk kekuatan
lainnya yang kamu miliki. Ada banyak yang tidak diketahui oleh orang
paling berpengetahuan sekalipun.”
”Dia bilang apa?” Ali menoleh kepadaku, semangat.
”Tidak ada hadiah untukmu hari ini,” aku menjawab terus terang.
Ali terlihat kecewa, padahal dia sudah senang sekali saat
tangannya diperiksa. Ali dengan wajah kusut menunjuk lemari tua,
berbisik padaku. ”Bukankah masih banyak kotak berdebu di lemari itu?
Masa tidak ada hadiah untukku?”
”Waktu kita semakin sempit. Ilo, kamu pimpin anakanak keluar
dari ruangan ini.” Av sudah berdiri lagi, berjalan cepat menuju lemari. Dia
menekan tuas tersembunyi. Lemari itu bergeser, ada lubang kecil di
dinding. Di dalamnya sebuah tangga besi tua terlihat.
”Ini bukan cara lari yang canggih. Lubang berpindah pasti sudah
diawasi Komite Kota. Kalian juga tidak bisa menggunakan jalur kapsul di
depan gedung perpustakaan. Mereka pasti memeriksa siapa pun yang
keluar. Tangga primitif ini cara paling brilian, tidak akan ada yang
menduganya. Segera masuk. Mereka sudah mulai menyerang.”
Av benar, terdengar dentuman kencang di luar, juga teriakan
teriakan keributan.
Ilo masuk lebih dulu, disusul Ali dan Seli.
”Bagaimana denganmu?” aku bertanya.
Av tertawa. ”Jangan mengkhawatirkanku. Merekalah yang harus
kamu khawatirkan. Sistem keamanan itu bukan satusatunya pertahanan
Bagian Terlarang. Ayo bergegas, kita pasti akan bertemu lagi cepat atau
http://pustaka-indo.blogspot.com