Page 274 - Tere Liye - Bumi
P. 274

TereLiye “Bumi”   271




                  mendarat sama mulusnya seperti batu sebelumnya, hanya membuat riak

                  kecil. Kapsul itu telah mengambang di atas sungai.

                         Wajah Seli terlihat pucat, namun ia mengembuskan napas lega.


                         Aku tertawa lebar, berlari mendekati Seli, memeluknya riang.

                         ”Apa kubilang. Berhasil, kan?” Ali juga  melangkah mendekat, ikut
                  tertawa. Wajah si tukang ngatur ini sebenarnya masih me­ringis menahan
                  sisa pusing dan mual.


                         ”Kita segera berangkat, anak­anak!” Ilo berseru. Dia me­langkah ke
                  permukaan air sungai setinggi betis.

                         Kami menyusul, naik satu per satu. Terakhir Ali, dibantu Ilo.


                         ”Jika tidak melihat sendiri, aku tidak akan bisa memercayai­nya.”
                  Ilo tertawa, duduk di bangku kemudi, menatapku dan Seli. ”Kalian berdua
                  hebat sekali. Kalian lebih hebat dibanding pemenang kompetisi tahunan
                  petarung Klan Bulan.”

                         Aku tidak berkomentar, duduk di salah satu bangku.


                         Ilo menekan tombol­tombol di hadapannya. Pintu kapsul tertutup.

                         ”Baik, anak­anak, kita menuju teluk kota.”


                         Kapsul itu segera bergerak di atas permukaan air saat tuas kemudi
                  didorong ke depan. Tidak cepat, hanya mengandalkan mesin pendorong
                  manual, tapi itu lebih dari memadai dibanding kami harus berjalan kaki.
                  Kami segera menuju tempat pem­ber­hentian berikutnya.
























                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279