Page 314 - Tere Liye - Bumi
P. 314
TereLiye “Bumi” 311
Bagaimana Av bisa ada di perapian? Apakah dia terbakar? Aku dan
Seli bergegas mendekat, segera menjauh lagi karena takut dengan nyala
api. Ali segera menyambar bantal atau pemukul atau entahlah untuk
memadamkan api yang berkobar tinggi.
Tetapi Av tidak mengaduh kesakitan. Wajahnya memang meringis
menahan sakit, tapi bukan karena nyala api. Dia terus berusaha keluar
dari perapian, sambil menyeret sesuatu.
”Bantu aku, anakanak!” Av berseru.
”Bantu apanya?” Aku bingung.
”Bantu aku mengeluarkan sesuatu.” Napas Av tersengalsengal. ”Api
ini tidak panas. Kalian bisa memasuki perapian dengan aman.”
Aku raguragu melangkah, lalu berhenti. Sejak kapan api tidak
panas? Tapi sepertinya Av serius, api yang menyala di perapian bahkan
tidak membakar pakaian Av. Bagaimana ini? Seli juga raguragu
mendekat. Ngeri melihat gemeretuk api—padahal dia bisa mengeluarkan
petir.
Ali akhirnya memberanikan diri mendekat. Dia melemparkan
pemukul di lantai, melangkah ke perapian yang berkobar. Av susah payah
menarik keluar tubuh seseorang dari dalam perapian. Ali membantu,
tangannya ikut masuk ke dalam nyala api. Seli menutup mulut, hendak
menjerit, tapi Ali baikbaik saja.
Aku akhirnya memberanikan diri ikut membantu. Bertiga kami
menyeret keluar seseorang. Entahlah siapa orang ini, kondisinya
mengenaskan, penuh lebam terkena pukulan. Ada darah kering di ujung
mulut, pakaian gelapnya robek di banyak tempat. Dia sepertinya habis
bertarung matimatian. Kami membaringkannya di lantai dekat sofa
panjang.
Av kembali ke perapian, masih sibuk menyeret benda lain, dibantu
Ali. Dia mengangkut keluar beberapa kotak hitam, gulungan kertas
besar, bukubuku kusam, juga beberapa kantong kecil berisi sesuatu. Av
meletakkannya di atas meja.
http://pustaka-indo.blogspot.com