Page 313 - Tere Liye - Bumi
P. 313

TereLiye “Bumi”   310




                         Aku mematung, tidak mendengarkan  pertanyaan Seli. Ini kabar

                  buruk. Aku pikir perpustakaan tidak akan jatuh, Av bisa bertahan lama
                  hingga situasi menjadi jelas. Apakah Tamus meng­urus sendiri masalah
                  ini, hingga Bagian Terlarang akhirnya jatuh? Aku mengeluh, sosok tinggi
                  kurus itu tidak pernah terlihat di liputan berita mana  pun dua hari
                  terakhir. Sosoknya misterius bagi banyak orang. Hanya orang tertentu
                  yang tahu dia ada di belakang layar.

                         Layar televisi masih menyorot dari dekat kondisi gedung
                  perpustakaan. Belasan lampu kristal  besar yang tergantung di ruang
                  depan berserakan di lantai. Dinding ruangan itu hancur lebur, buku­buku
                  berhamburan. Puluhan anggota Pasukan Bayang­an berjaga­jaga di setiap
                  sudut. Tidak ada lagi sisa ruang­an megah yang pernah kulewati kemarin
                  pagi.


                         ”Bagaimana dengan Av?” Seli bertanya dengan suara lebih keras.

                         ”Entahlah, Sel.” Aku menggeleng.


                         ”Bagaimana kalau dia kenapa­napa?”

                         Aku tidak tahu. Situasi ini semakin kacau.


                         Setelah dua hari lalu Miss Selena tidak ada kabarnya, se­karang
                  bertambah dengan Av—orang yang bisa kami percaya, dan kemungkinan
                  bisa membantu kami jika situasi kembali nor­mal.


                         Saat itulah, ketika kami masih menatap layar kaca, api di per­apian
                  mendadak menyala lebih terang, seperti ada yang me­nyiram­kan minyak
                  ke dalamnya. Lidah api menyambar­nyambar tinggi hingga ke luar
                  perapian. Aku dan Seli menoleh kaget, refleks melangkah mundur. Ali ikut
                  menatap perapian sambil lom­pat ke samping, menghindar.

                         Sebelum kami mengetahui apa yang terjadi, dari dalam kobar­an api
                  keluar seseorang yang amat kukenal, dengan pakaian abu­abu, rambut
                  memutih. Dia susah payah merangkak keluar dari perapian, seperti
                  membawa sesuatu yang berat.


                         ”Av!!” aku dan Seli berseru tertahan.








                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318