Page 325 - Tere Liye - Bumi
P. 325

TereLiye “Bumi”   322







                         ”Setelah bertahun­tahun bertempur,  Raja akhirnya mempunyai
                  senjata untuk mengalahkan si Tanpa Mahkota. Dia bersama orang­orang
                  terbaik yang masih setia padanya menyerbu istana, melawan si  Tanpa
                  Mahkota. Pertempuran hebat terjadi. Saat Raja terdesak, hampir kalah,
                  Raja membuka sekat menuju dunia lain. Itu bukan empat dunia yang
                  ada, melainkan petak kecil yang disebut ‘Bayangan di bawah Bayangan’,
                  sepotong dunia kecil yang gelap, tanpa kehidupan. Tempat tidak ada
                  cahaya. Penjara yang sempurna untuk si Tanpa Mahkota. Rencana itu
                  berhasil. Pada detik terakhir, si Tanpa Mahkota terseret masuk ke dalam
                  sekat, Raja pun menyegel sekat itu. Musuh paling mengerikan Klan Bulan
                  hilang selama­lamanya.”


                         Av menghela napas, suara kertak nyala api di perapian ter­dengar
                  samar.

                         ”Itu cerita favoritku. Aku suka sekali  mendengarkannya. Berkali­
                  kali, diulang­ulang. Tapi aku baru tahu bahwa ternyata cerita itu bukan

                  isapan jempol.  Itu kejadian nyata ribuan tahun lalu,  sejarah yang
                  dilupakan      Klan     Bulan.     Tamus      memercayainya.         Dia    berkeliling
                  mengumpulkan           potongan       misteri     cerita     itu,    kekuatan       dan
                  pengetahuannya         terus     bertambah,       dan     dia    akhirnya      berhasil
                  mengumpulkan seluruh potongan. Lengkap.

                         ”Tamus tidak berencana membuka  sekat ke dunia  Makhluk
                  Rendah, tidak sekarang. Dia ingin membuka sekat ke petak Bayangan di
                  bawah Bayangan, penjara si Tanpa Mahkota. Itulah rencana mengerikan
                  miliknya. Dia sama sekali tidak tertarik duduk di kursi kekuasaan—dia
                  ingin menjemput orang yang paling berhak menurut dia. Sekali si Tanpa
                  Mahkota kembali ber­kuasa, maka apa pun rencana Tamus akan mudah
                  diwujud­kan. Mereka akan cocok.  Tamus bisa menjadi panglima
                  kesayangan­nya.”


                         ”Dari mana kamu tahu rencana Tamus itu, Av?” tanya Ilo.

                         ”Aku yang tahu,” Tog menjawab dengan suara beratnya. ”Sebulan
                  sebelum Tamus menyerbu Komite Kota, dia sudah bicara dengan delapan
                  Panglima. Dia tidak bicara secara lang­sung, tapi secara nyata dia
                  menginginkan Kota dipimpin kembali  oleh orang yang berhak.  Ide itu





                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   320   321   322   323   324   325   326   327   328   329   330