Page 78 - Tere Liye - Bumi
P. 78

TereLiye “Bumi”   75




                         ”Katanya hanya Seli yang datang, Ra?”  Mama mengedipkan mata.

                  ”Kamu tidak bilang­bilang akan ada teman sekelas yang lain?”

                         Aduh. Aku seketika mematung melihat Ali. Lihatlah, si biang kerok
                  itu bersopan santun sempurna, berpakaian rapi.  Ya ampun, rapi sekali
                  dia. Berkemeja lengan panjang, bercelana kain, berikat pinggang,
                  bersepatu, bahkan aku lupa kapan terakhir kali melihat rambutnya disisir
                  rapi, terlihat lurus, hitam legam, dan tersenyum seperti remaja paling
                  tahu etika sedunia. ”Selamat sore, Ra. Selamat sore, Seli. Maaf aku
                  terlambat.”


                         Bahkan Seli, kali ini pun ikut mematung, menatap Ali yang seratus
                  delapan puluh derajat berubah tampilan, di halaman rumput, di bawah
                  cahaya matahari sore yang mulai lembut.






















































                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83