Page 87 - Jadilah_Pelita
P. 87

166                Jadilah Pelita                                           Ketuhanan Dalam Ajaran Buddha   167

        harus dipahami secara langsung (intuitif) melalui               ada dengan sendirinya, bebas dari dualisme atau
        pencerahan, bukan melalui konsep. Akan tetapi, hal              pasangan yang berlawanan, bebas dari pertalian
        itu sulit dilakukan. Karena kesulitan itu, sebagian             sebab-akibat.
        orang berusaha memahami dengan pendekatan
        konseptual. Tidak  terelakkan,  ketika  manusia                 Konsep Ketuhanan menurut ajaran Buddha ini perlu
        berbicara mengenai konsep Ketuhanan Yang                        dipahami dengan benar, mengingat masih banyak
        Maha Esa, diperlukanlah nama atau sebutan. Salah                tercampur aduk dengan konsep Ketuhanan menurut
        satu nama yang digunakan dalam ajaran Buddha                    agama-agama lain.
        adalah Adi-Buddha. Dalam kitab-kitab Buddhis
        berbahasa Kawi (Jawa Kuno), nama-nama lainnya                                 Asal Alam Semesta
        adalah Advaya, Diwarupa, dan Mahavairocana. Di
        Buddhisme Vajrayana aliran Kargyu dan Gelug, Yang               Semua agama memiliki dongeng dan sejarah yang
        Maha Esa disebut Vajradhara; di aliran Nyingma,                 berupaya menjawab pertanyaan ini. Pada zaman
        disebut Samantabhadra; di Nepal disebut Adinatha;               dahulu, ketika pikiran manusia masih sederhana,
        di Jepang disebut Dainichi.                                     dongeng-dongeng sudah mencukupi. Namun pada
                                                                        abad milenium ini, era fisika, astronomi, dan geologi
        Yang Maha Esa merupakan Realitass Absolut atau                  modern berangsur-angsur telah menggantikan
        Kebenaran Mutlak, bukan suatu personifikasi.                    dongeng-dongeng tersebut dengan fakta-fakta
        Yang Maha Esa tak lain adalah Dharmakàya, Tubuh                 ilmiah.
        Dharma.  Dharmakàya bersifat kekal, meliputi
        segalanya, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu,                Sungguh menarik bahwa penjelasan Buddha mengenai
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92