Page 12 - TOKOH-TOKOH NASIONAL
P. 12

keringat  harus  menahan  lapar  hanya  dengan  dua  setengah  sen

                  perhari.” Penjajah, menurut Musso, menjadikan bangsa di negeri ini

                  bangsa        kuli.     Alimin      inilah,      menurut         Soekarno,        yang

                  memperkenalkannya kepada buku-buku kiri (Marxisme).
                         Beranda  rumah  peneleh  benar-benar  menjadi  “Kawah

                  Candradimuka”  bagi  anak-anak  kost.  Mereka  tidak  hanya

                  menggunakan  rumah  peneleh  sebagai  tempat  istirahat,  tidur  dan

                  belajar  bidang  studi  yang  digeluti.  Rumah  peneleh  telah  berhasil

                  membangun  atmosfir  perjuangan  yang  bernuansa  akademis.

                  Perbedaan cara pandang mampu dibingkai dalam berbagai diskusi

                  secara tuntas dan mendalam. Pemikiran progresif yang mengkritisi
                  sistem  kapitalisme  dan  kolonialisme  berkembang  diantara  anak-

                  anak kost-kostan.
















                       (kiri ke kanan) Ir. Soekarno, Tan Malaka, Semaoen dan Musoa dalah para tokoh

                              pergerakan  yang pernah indekos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto


                         Di  rumah  yang  pengap  dan  kampung  yang  padat  inilah

                  Soekarno,  Musso,  Alimin,  dan  anak-anak  muda  yang  indekos  itu
                  menemukan  dunianya.  Mereka  tak  kesulitan  mencari  rupa-rupa

                  bacaan dari “ujung kiri” hingga “ujung kanan” di Surabaya sebagai

                  kota  besar.  Rumah  Sang  Ketua  Umum  Sarekat  Islam,  organisasi

                  terbesar  di  Nusantara  kala  itu,  tak  pernah  sepi  dari  tamu  tokoh

                  pergerakan dan agama.



                                                Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya | 10
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17