Page 53 - Artikel Populer RSUP Dr. SARDJITO
P. 53
rumah sakit tentang adanya risiko efek samping penggunaan darah, menyusun
kebijakan, serta mengembangkan standar.
Wood et al.(2014) menyatakan bahwa dalam penerapan program
hemovigilance maka beberapa hal berikut harus diperhatikan, yaitu: 1)menentukan
tujuan secara jelas;2)saling berbagi baik individual, grup, maupun institusi tentang
pengalaman masing-masing;3)melakukan penyatuan sistim dengan yang sudah ada
bila memungkinkan;4)segera memulai, meskipun sistim yang ada dirasakan belum
sempurna;5)memantau dan mereview secara periodik;6)melakukan pelaporan balik
sehingga peserta akan mengerti benar kemanfaatannya; 7)menghilangkan stigma
sumber kesalahan.
Pembentukan jejaring hemovigilance memungkinkan pengeluaran laporan
rutin yang dapat dijadikan umpan balik bagi rumah sakit atau unit donor darah.
Pengembangan jejaring hemovigilance akan terbantu dengan penggunaan LIS
(Laboratory Information Systems). Laboratory Information Systems dapat
menyajikan data terpercaya atas penggunaan komponen darah kepada pasien di
suatu rumah sakit. Kesepakatan definisi secara internasional telah tersedia untuk
pendataan dan surveilans komplikasi donor darah dan efek samping transfusi.
Pelaporan yang tidak adekuat (under-reporting) masih menjadi masalah
dalam sistem hemovigilance karena adanya variasi rentang data. Formulir pelaporan
reaksi transfusi menjadi tantangan bagi sistim hemovigilance agar rumah sakit atau
unit donor darah lebih terpacu dalam pelaporan.
Sebagai penutup, belum diketahuinya angka pasti kejadian efek samping
transfusi di Indonesia dapat disebabkan oleh kegagalan deteksi kejadian efek
samping , belum tersedia media pelaporan, atau sengaja tidak dilaporkan. Informasi
terkait hal ini dapat digali melalui program hemovigilance. Program hemovigilance
dengan jejaring di tingkat lokal, regional maupun nasional sudah saatnya untuk
diimplementasikan demi peningkatan keselamatan pasien.
51 | Kumpulan Artikel Populer