Page 22 - astanggaoga
P. 22

dan neraka hanya merupakan penomena yang dialami oleh atma seseorang bersama

                          karma phalanya masing-masing pada waktu hidupnya di dunia. Dalam kehidupan di
                          dunia dapat menumbuhkan adanya rasa cinta dan keinginan yang berlebihan, yang

                          semuanya itu dapat menyebabkan seseorang menjadi terikat.

                                Bila seseorang menyadari hal ini maka akan tumbuhlah dalam dirinya usaha
                          untuk melepaskan diri yang sejati dari keterikatan itu. Upaya dan usaha melepaskan

                          diri  secara  sadar  inilah  dapat  mengantarkan  manusia  menuju  moksa.  Ketidak-
                          sadaran dengan keterikatan dapat menumbuhkan penderitaan yang berkepanjangan.
                          Agama  mengajarkan  ada  banyak  usaha  yang  dapat  ditempuh  untuk  mewujudkan

                          semuanya itu. Diantara usaha-usaha itu antara lain ; dengan berprilaku yang baik,
                          berdana-punya, beryajna, dan tirthayatra. Usaha itu dapat dilakukan secara bertahap

                          dan  didasari  dengan  niat  yang  baik  dan  suci.  Dengan  demikian  seseorang  dapat
                          terlepaskan dari keterikatan duniawi.

                                Orang yang dapat membebaskan dirinya (pikiran dan perasaannya) dari ikatan

                          keduniawian serta pengaruh suka dan duka yang muncul dari tri guna akan dapat
                          mencapai  kelepasan  itu,  sebagaimana  diungkap  dalam  Bhagavadgita  sebagai
                          berikut:


                                Brahmabhūtah  prasannātmā,  na sochati na  kānkshati,  samah sarveshu
                                bhūteshu, madbhaktim labhate param

                                (Bhagavadgita, XVIII.54).
                                Artinya;

                                Setelah  menjadi  satu  dengan  Brahman  jiwanya  tentram,  tiada  dhuka  tiada
                                nafsu-birahi, memandang semua mahluk-insani sama, ia mencapai pengabdian

                                kepada-Ku yang tertinggi.


                                Sattvam sukhe sanjayati,  rajah karmani bhārata, jnānam āvrtya tu tamah,

                                pramāde sanjayaty uta
                                (Bhagavadgita XIV.9)


                                Artinya;
                                Sattwa mengikat seseorang dengan kebahagiaan, rajas dengan kegiatan tetapi

                                tamas, menutupi budipekerti oh Barata, mengikat dengan kebingungan.


                                                                                                   21 | P a g e
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27