Page 20 - astanggaoga
P. 20

(brahmacari) dan tidak menerima pemberian dari orang lain (aparigraha)
                                    hal ini diuraikan dalam Yoga Sutra Patanjali II:35 – 39.
                                b.  Nyama, yaitu penengendalian diri tingkat rohani dan sebagai penyokong
                                    dari  pantangan  dasar  sebelumnya  diuraikan  dalam  Patanjali  Yoga Sutra
                                    II:40-45 yang terdiri dari Sauca (tetap suci lahir batin), Santosa (selalu puas

                                    dengan  apa  yang  datang),  Tapa  (pengekangan  diri),  Swadhyaya
                                    (mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan Iswara pranidhana (selalu bakti
                                    kepada Tuhan).
                                c.  Asana,  yaitu  sikap  duduk  yang  menyenangkan,  teratur  dan  disiplin
                                    (silasana, padmasana, bajrasana, dan sukhasana).
                                d.  Pranayama,  yaitu  mengatur  pernafasan  sehingga  menjadi  sempurna
                                    melalui tiga jalan yaitu puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan nafas)
                                    dan recaka (mengeluarkan nafas).
                                e.  Pratyahara,  yaitu  mengontrol  dan  mengendalikan  indria  dari  ikatan
                                    objeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.

                                f.  Dharana,  yaitu  usaha-usaha  untuk  menyatukan  pikiran  dengan  sasaran
                                    yang diinginkan.
                                g.  Dhyana yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada
                                    suatu objek. Dhyana ini dapat dilakukan terhadap salah satu Ista Devata
                                    yang diinginkan.
                                h.  Samadhi yaitu penyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman). Bila
                                    seseorang melakukan latihan yoga dengan teratur dan sungguh-sungguh
                                    ia akan dapat menerima getaran-getaran suci dan wahyu Tuhan.

                           3.  Vibhūtipāda

                                      Kitab Vibhūtipāda menjelaskan tentang aspek sukma atau batiniah serta
                                kekuatan gaib  yang diperoleh dengan  jalan yoga. Kitab ini tersusun oleh 56
                                sutra ini, bisa merupakan bagian yang paling menarik. Disini juga disampaikan
                                peringatan-peringatan untuk tidak melaksanakan Yoga hanya demi perolehan
                                kekuatan-kekuatan  dan  kegaiban-kegaiban  itu,  apalagi  terikat  padanya.  Ini
                                dapat dengan mudah menjatuhkan sang penekun.

                           4.  Kaivalyapāda
                                      Kitab Kaivalyapāda menjelaskan tentang alam kelepasan dan kenyataan
                                roh dalam mengatasi alam duniawi. Di antara ke-empat Pãda, Kaivalyapãda
                                inilah yang tersingkat. Disini paparan terasa padat, yang utamanya difokuskan
                                pada  pencapaian Kaivalya dan tentang bagaimana  seorang  Yogi yang telah

                                mencapai status itu. Disini Maharsi Patanjali tak lupa menyelipkan lagi tatanan

                                                                                                   19 | P a g e
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25