Page 17 - astanggaoga
P. 17
Yathaabhimata dhyaanaad vaa
“Atau, dengan cara bermeditasi–memusatkan kesadaran pada apa yang
betul-betul dikehendaki (dan diyakini).”
Sutra I.40
Paramaanu paramamahattvaanto’sya vasiikaarah
“(Demikian dengan mengendalikan citta, benih-benih pikiran serta perasaan;
dan/atau manah, mind, atau gugusan pikiran dan perasaan -lewat meditasi)
segala sesuatu dari bagian atom terkecil hingga (keberadaan atau semesta)
yang tak terhingga, tak terbatas, dan maha luas, dapat dikuasai.”
Sutra I.41
Ksiina-vrtter-abhijaatasyeva maner-grahiitr-grahana-graahyesu tatstha-
tadanjanataa samaapattih
“Keadaan citta atau benih pikiran serta perasaan; dan, manah, gugusan
pikiran serta perasaan, yang sudah tidak lagi terpengaruh oleh vrtti-
perubahan-perubahan yang terjadi – persis seperti permata atau kristal yang
transparan, jernih. Ia tidak terganggu oleh perubahan-perubahan warna yang
terjadi karana adanya Ia yang Mengalami, Pengalaman itu sendiri dan Apa
yang dialami. Dengan tercapainya keadaan yang disebut samaapattih,
berakhirnya segala dualitas, atau Kemanunggalan Ia yang Mengalami,
Pengalaman, dan Apa yang dialami, ia (citta atau manah) hanya
merefleksikan warna-warna mereka sebagaimana adanya tanpa terpengaruh
kejernihannya.”
Sutra I.42
Tatra sabdaartha-jnaana-vikalpaih sankiirnaa savitarkaa samaapattih
“(Adalah beberapa tahapan Kemanunggalan atau Samaapattih yang pertama
adalah disebut) Savitarkaa samaapattih, di mana Pengetahuan Sejati masih
terganggu oleh kata-kata, serta makna dan tujuan kata-kata tersebut.
(Gangguan ini dapat diatasi dengan tarka atau pertimbangan yang inteligen).”
Sutra I.43
Smrti-parisuddhau svaruupa-suunyevaarthamaatra-nirbhaasaa nirvitarkaa
“(Tahapan Kedua Samaapattih atau Kemanunggalan adalah) Nirvitarkaa
Samaapattih, di mana tarka atau pertimbangan yang inteligen pun terlampaui
(karena, sudah tidak dibutuhkan lagi). Demikian, gugusan pikiran dan
perasaan atau mind yang sudah mencapai keadaan suunya, kasunyatan –
16 | P a g e